Ketika liburan ke Sumatera Barat Juni 2018 lalu, kami sempat ke Alahan Panjang, Solok. Saudara saya bilang, ini tempat kelahiran M.Natsir, 'guru' Yusril, ketum parpol PBB.Â
Ketika itu udah pengen banget nulis tentang M.Natsir dan tokoh politik lainnya dari Sumbar, tetapi selalu teralihkan ma yang lain. M.Natsir, M.Hatta, Sutan Syahrir, Hamka, M.Yamin, Agus Salim hingga Tan Malaka, adalah senarai tokoh politik yang berasal dari Sumbar.
M.Natsir tidak bisa dipisahkan dari Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) parpol Islam terbesar era Soekarno. Ketika pemilu tahun 1955, Masyumi memperoleh kursi no.2 terbesar setelah PNI. PKI juga masuk 5 besar, no.4 kalo gak salah.
Ketika itu M.Natsir menjadi Perdana Menteri. Tetapi setahun kemudian beliau mengundurkan diri karena tidak cocok dengan Soekarno.
M.Natsir sangat vokal menyuarakan kepentingan umat Islam di Indonesia. Dia juga orang yang sangat zuhud, dengan rumah yang sederhana, jas alakadarnya. Tetapi tentu bukan sekadar kesederhanaan itu yang memukau, melainkan kekuatan argumen, konsistensi dan keberaniannya mengeritik penguasa ketika itu.
Di era Soekarno M.Natsir dipenjara karena diduga terlibat PRRI, dan pada masa Soeharto dicekal ke luar negeri. Sementata di luar negeri, M.Natsir sendiri diakui kepemimpinannya dengan menjadi Ketua Liga Negara Negara Islam, dan berbagai jabatan strategies lainnya secara internasional.
Terus apa hubungannya dengan Yusril dan DN Aidit? Ya karena ternyata bapak Yusril dan bapak DN Aidit itu dulunya sama sama ketua Masyumi di daerah Belitung. Kemudian Yusril menjadi ketua Partai Bulan Bintang (PBB) partai yang dianggap sebagai penerus Masyumi. Walau sekarang pamor PBB sangat lemah, tetapi potensi kekuatan seperti Masyumi tentu ada.
Yusril dan DN Aidit memang sama sama dari Belitung. Walau berbeda ideologi tetapi hubungan mereka secara personal baik baik saja. Lah DN Aidit gembongnya PKI tapi bapaknya Masyumi loh. Kalau pulkam ya salim ke bapaknya setelah itu kuat kuatan adu argument, wkkk itu bayangan aku ajah.
Begitu juga antara M.Natsir dan DN Aidit, bisa jadi adu argumemtasi sangat keras di forum forum atau via tulisan, tetapi hubungan personal baik baik saja. Malah pernah M.Natsir dibonceng sepeda oleh DN Aidit ketika ke stasiun? (ini cerita Yusril).
Tetapi sebagai penerus Masyumi, tentu ketokohan M.Natsir seharusnya menjadi inspirasi bagi Yusril dalam bersikap. Konsistensi itu penting, apapun harga yang harus dibayar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H