Jalan raya di area Kuningan ini termasuk yang paling sering saya susuri. Nama jalannya Rasuna Said. Jalanan yang paralel dengan jalan Sudirman. Sama sama nama jalan pahlawan di jalanan protokol Jakarta.
Tetapi, hayo siapa yang tak kenal Sudirman? Semuanya mesti tahulah. Apalagi ada patung jenderal Sudirman yang dengan takzim memberi hormat.Â
Saya suka bergidik mengenang perjuangannya, bergerilya di hutan dalam keadaan sakit. Dan berteriak 'Allahu Akbar' setiap memulai serangannya.
Nah kalau Rasuna Said? Jarang banget yang tahu. Sebuah stasiun tv pernah ngetes orang yang sliweran di jalanan ini. Pada tahu sih nama jalannya. Tetapi gak ada yang tahu siapa dia. Malah ada yang mengira Rasuna Said seorang lelaki! Hahaa, aya aya wae.
Padahal perjuangan Rasuna Said juga cukup menggetarkan dalam melawan kolonialisme. Rasuna Said yang bergelar HR atau Haji Rangkayo ini lahir di Sumatera Barat bulan September tahun 1910.Â
Perjuangan Rasuna Said menggabungkan 3 kekuatan sekaligus, yaitu sebagai pendidik yang mendirikan sekolah putri. RS juga mendirikan perkumpulan politik untuk pendidikan politik.
Kedua sebagai jurnalis yang kekuatan penanya setajam pedang dalam mengkritisi pemerintah Belanda ketika itu. Dia menjadi pemred koran 'Raya' yang dianggap sangat radikal dan menjadi tonggak perjuangan di Sumbar.Â
Kemudian RS mendirikan media Menara Poetri yang juga sangat kritis. Media ini mendapat perhatian para pejuang jurnalis di tanah jawa karena keberaniannya. Slogannya yang terkenal 'ini dadaku, mana dadamu?'
Ketiga, sebagai orator yang kata katanya juga mampu menginspirasi orang untuk berjuang melawan Belanda. Karena pidatonya Rasuna ditangkap dan dipenjarakan Belanda pada tahun 1932 (usia 22 tahun). Dia dipenjarakan di Semarang.
Setelah era kemerdekaan, RS juga memiliki banyak posisi penting di parlemen.
Rasuna wafat di Jakarta dalam usia 55 tahun. Semoga perjuangannya menginspirasi kita untuk tetap menjaga kedaulatan NKRI.