Sekarang sudah ada bus gratis bagi pengunjung Tanah Abang yang hendak berkeliling Tanah Abang. Tetapi karena baru satu, bisa terjadi penumpukan juga di sini.
Terus terang saya kalau ke Tanah Abang suka pusing, karena banyak gedung dan minim informasi. Arus mobilitas pembeli ini yang dipecah, baik ketika masuk maupun keluar. Jadi pembeli sudah jelas mau ke mana, dan pulang langsung terakses ke transportasi publik yang jelas.
5. Infrastruktur pendukung yang canggih. Tanah Abang sebagai pusat belanja terbesar di ASEAN tentu tidak boleh kalah dengan Singapura atau Malaysia. Bisa dilengkapi dengan skywalk. Skywalk ini bisa diisi PKL dan pejalan kaki. Langsung dari stasiun misalnya.
Bisa dibuat layar-layar canggih yang berisi informasi publik, tetapi panduan belanja bagi konsumen, menjaga kebersihan. Bisa juga loh jadi iklan wisata Indonesia.
Yang jelas menata Tanah Abang membutuhkan waktu untuk melakukan pemetaan dan kajian. Tidak boleh terlalu lama memang, tetapi jangan terlalu cepat tetapi parsial, menimbulkan masalah lain yang bisa jadi lebih besar.
Ya sudah gitu aja. Salam kompasiana!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI