Kalau menteri yang dipecat maju jadi cagub, mungkin masih wajar yak. Tetapi kalau masih menjabat sebagai Menteri, mengapa Khofifah bertekad untuk mau maju sebagai cagub? Belum tentu menang lagi. Dan sebagai catatan, ini adalah yang ketiga kalinya Khofifah maju sebagai cagub setelah tahun 2008 dan 2013 kalah.Â
Khofifah didukung banyak partai untuk maju, yaitu Golkar, Nasdem, Hanura, Demokrat, dan PPP. Sementara lawannya adalah Gus Ipul yang didukung oleh PKB dan PDIP. Kalau bagi saya, dua-duanya bisa jadi imbang nih, karena sama -sama berasal dari 'keluarga' NU. Yang membedakan adalah cawagubnya. Lah kalau cawagub Khofifah belum jelas, maka cawagub Gus Ipul adalah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi yang amat berprestasi. Kalau liat cawagubnya, saya jagoin Gus Ipul deh, menang tipis 52%. Â
Karena tidak ada pesaing lain, Risma menolak dan Azwar Anas yang sebenarnya lebih saya harapkan untuk maju malah jadi cawagub, tampaknya hanya ada 2 kontestan yang bakal maju head to head, Â Khofifah vs Gus Ipul (Saefullah Yusuf). Kurang seru juga ya, hihii.Â
Sebenarnya menurut saya sayang sekali Khofifah maju di pilgub ini. Ada beberapa konsekuensi Khofifah maju, diantaranya:
1. Kudu mundur jadi menteri. Nah menteri yang baru dipilih ntaran kan mesti adaptasi lagi. Kerja cepat kemensos bisa jadi tersendat, apalagi kalau mengejar target-target yang tinggal setahun- 2 tahun lagi. Kecuali kalau Khofifah emang merasa mo direshuffle, jadi mending maju di pilgub jatim. Tetapi masa sih, waktu pilpres tinggal 2 tahun lagi mo ada reshuffle lagi?
2. Kerja kementerian bersifat nasional, sementara provinsi kan kerjanya ya sewilayah itu doank. Apalagi di era otonomi daerah dimana penguatan otonomi, termasuk keuangannya ada di daerah tingkat 2. Kecuali DKI Jakarta yang bersifat khusus, wilayah tingkat 2 nya bersifat administratif saja ke provinsinya. Jadi cakupan kerjanya lebih kecil dan lokal.
3. Karena sama-sama 'keluarga' NU, dan para kyai sudah wanti-wanti agar tidak terjadi perpecahan, tetapi belum tentu di akar rumput demikian adanya. Namanya persaingan, selalu akan menimbulkan gesekan. Semoga tidak terjadi yang tidak diinginkan dan suasananya tetap adem.Â
4. Tekad Khofifah maju untuk ketiga kalinya menjadi cagub Jatim menunjukkan bahwa jadi menteri itu kurang seksi dibandingkan maju jadi cagub.Â
5. Siap kalah dan kehilangan jabatan. Ini resiko yang diambil oleh seorang Khofifah.
Yang jadi pertanyaan, siapa yang akan menjadi cawagub Khofifah? Apa AHY, karena Demokrat termasuk partai yang mendukung Khofifah, dan kali aja basis suara mereka kuat di Pacitan?Â
Ya sudah gitu aja, Salam Kompasiana!