Ilustrasi - bahan makanan bergizi (Shutterstock)
Setiap tanggal 12 November merupakan Hari kesehatan Nasional. Kok kurang terasa gemanya yak. Ini harusnya jadi momentum 'sadar gizi' bagi bangsa ini. Bukan sekedar rame soal BPJS loh, yang sebenarnya lebih ke tindakan kuratif (penyembuhan). Apalagi gizi bagi balita, yang berdasarkan data Riskesda tahun 2013, 19,6% balita Indonesia berstatus kurang gizi. Tinggi banget ya, datanya. Di Jakarta juga ada tuh, beberapa hari yang lalu Ahok baru jenguk.
Kenapa bisa kurang gizi? Apa karena kurang daya beli atau kurang informasi/pengetahuan soal gizi? Kalau soal daya beli, saya pernah ngasih penyuluhan di daerah pinggiran Jakarta tentang pangan sehat, yaelah itu anak-anak pada jajan mulu. Pangan kemasan warna-warni yang minim gizi. Pas ditanya, jajannya bisa sampe Rp 20 ribu per hari. Kadang emaknya juga lebih suka ngasih anaknya jajan biar anteng. Yang mirisnya, anak-anak tersebut badannya kecil-kecil banget, begitu pasif, dengan pandangan mata yang nyaris kosong.
Atau karena ada asumsi pangan bergizi mestilah mahal? Gak juga, yang penting meluangkan waktu menyajikannya. Ini ada 5 panganan lokal yang menurut saya gizinya tinggi sekali, dan tentu dengan harga terjangkau dan memang cocok untuk balita (> dari 6 bulan).
1. Ubi jalar, terutama yang kuning, merah, atau ungu. Ubi jalar tinggi sekali beta karotennya, juga mengandung vit.C, B, kalsium, kalium, fosfor, zat besi yang amat dibutuhkan tubuh. Harganya? Jika beli di pasar tradisional seperti pasar minggu, Rp 7.000/kg. Oh iya, untuk ubi ungu, sebaiknya dicampur dengan susu ketika disajikan kepada balita, karena kadang ada rasa pahitnya dikit. Tetapi secara umum, karena rasanya emang enak, manis dan lembut ketika diblender, balita mesti suka.
2. Bayam. Ndilalahnya baru beli bayam di ritel modern hanya Rp 980 (gak sampe seribu) seikat. Bayam juga sangat tinggi gizinya. Selain antioksidan yang tinggi, bayam juga mengandung zat besi yang sangat baik. Zat besi dibutuhkan untuk mencegah anemia dan sebagai nutrisi perkembangan otak. Bayam juga mengandung vit. K yang berperan penting dalam sistem saraf dan fungsi otak, untuk sintetis spingolipids, lemak penting yang membentuk selubung myilen di sekitar syaraf. Untuk bayi lebih dari 8 bulan, bayam bisa disajikan dengan direbus terlebih dahulu, kemudian diblender bersama pangan karbohidratnya. Tetapi bayam tidak boleh dipanaskan, jadi harus berulang membuatnya, direbus yang fresh lagi.
3. Telur ayam. Telur memiliki gizi yang sangat tinggi, termasuk protein tinggi, karotenoid, lutein, vit.B kompleks, zat besi tinggi, kalsium tinggi. Harga telur juga terjangkau bagi masyarakat. Kemarin saya baru beli telur ayam kampung Rp 12.000 untuk 8 butir. Tetapi untuk balita, pastikan telur yang dimasak matang bener, untuk mematikan bakteri yang terkandung di dalamnya. Telur juga bisa memicu alergi, jadi berikan sedikit dulu untuk melihat reaksinya.
4. Ikan Teri. Ikan teri lokal berlimpah, seperti kata Bu Susi Menteri KKP. Ikan teri juga relatif terjangkau sebagai sumber protein yang sangat baik bagi pertumbuhan balita. Gizi ikan teri termasuk lengkap karena mengandung kalsium, zat besi tinggi, fosfor, vit. B1, dan lemak omega 3 yang sangat penting bagi perkembangan otak balita.
Bahkan omega 3 ikan teri bisa jadi lebih tinggi atau sama dengan ikan salmon, yaitu 2300 - 2400 mg (salmon 1300 - 2400 mg). Padahal persepsi sebagian orang ikan salmon yang impor lebih tinggi omega 3-nya. Oh iya, yang dimakan di sini ikan teri segar loh ya, bukan ikan teri yang sudah diasinkan. Harga ikan teri bervariasi, sekitar Rp 3000- Rp 20.000/kg.
5. Wortel, tomat, pepaya; ini juga sayuran dan buah lokal yang berlimpah di pasar, murah meriah dan bergizi sangat tinggi. Harganya juga relatif terjangkau. Ketiganya mengandung beta karoten yang sangat tinggi, kalsium, vit. C, dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan balita bagi perkembangan fisik dan kecerdasannya. Penyajian buah dan sayur ini juga relatif gampang. Tetapi kalau tomat, untuk bayi lebih dari 6 bulan kudu dibuang kulit dan bijinya.
Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!