Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Beresiko Diabetes & Obesitas? Hindari Beras Putih!

21 Mei 2015   13:55 Diperbarui: 2 Juli 2015   13:57 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_419087" align="aligncenter" width="400" caption="Beras Merah. Sumber: www.livestrong.com"][/caption]

Ketika ngajak bude-bude suamiku yang dari Jowo makan-makan dikawasan dekat Bundaran HI (bukan mau demo loh, hehee), petugas restonya ngasih tawaran mau makan beras merah atau beras putih? Kami milih beras merah. Terus bude nyelutuk, dulu orang itu makan beras merah lebih murah dari beras putih.

Lah, massa sih? Karena nanemnya dibiarin aja bisa tumbuh. Di ladang. Gak perlu pengairan alias gak perlu irigasi. Biayanya gak mahal. Tetapi karena rasanya berasa ada yang nyangkut,  berat ketika dikunyah dan gak ada manis-manisnya, beras merah kalah pamornya dari beras putih. Beras putih sekarang tentu lebih murah dari beras merah. Karena sudah ditanam dengan skala massal. Sementara beras merah ya ala kadarnya aja, gak jadi pangan utama sih.  Padahal khasiat beras merah tinggi sekali. Terutama untuk mencegah penyakit-penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, kolesterol, obesitas, yang didalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) tajam sekali peningkatannya di Indonesia.

Nah, karena beras merah ini emang sehat, sejak dua bulan lalu, kami sudah konsumsi beras merah. Apa mahal bangetkah beras merah? Gak juga, kalau beras putih kualitas bagus sekitar Rp 10.000, maka beras merah (organik pulak) yang kami beli dari teman (langsung dari petaninya loh), bisa Rp 19.500. Kan kira-kira dua kalinya. Tetapi karena seratnya tinggi banget, konsumsi beras merah cukup hanya setengah beras putih. Dijamin kenyangnya sama, hehee. Sami mawon kan secara biaya? Padahal keuntungan nasi merah dibandingkan nasi putih:

1. Indeks Glikemik (IG) cukup rendah. Bagi penderita diabetes, atau beresiko terkena diabetes karena faktor keturunan, penting mengetahui apakah pangannya memiliki IG tinggi atau rendah.  Jika IG tinggi, akan meningkatkan gula darah dengan cepat. Nasi merah memiliki IG 50 dengan takaran 150 gram,  sementara dengan takaran yang sama, nasi putih sebesar 89. IG nasi merah bahkan lebih rendah dari oatmeal yang sebesar 55. Penting diketahui bahwa di Indonesia, penderita diabetes melonjak dengan pesat, sekarang mencapai 9 juta orang.

2. USDA (US Department of Agriculture) mengkategorikan beras merah sebagai 'whole grain' atau bijian utuh. Konsumsi whole grain ini akan mencegah penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2.

3. Tinggi serat. Nasi merah memiliki serat yang amat tinggi dibandingkan nasi putih. Serat tinggi ini dapat mengurangi rasa lapar, sehingga baik bagi penderita obesitas, menurunkan kadar kolesterol didalam darah, tekanan darah dan sebagai anti inflamasi didalam tubuh.

4. Mengandung vitamin dan mineral, yaitu vitamin B kompleks, kalsium, magnesium, kalium, selenium, polifenol dan zat besi tinggi.  Semua vitamin ini amat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjadi sehat dan aktif. Oleh karena itu, beras merah sangat baik sekali sebagai diet orang yang emang punya resiko terkena diabetes, obesitas, kolesterol tinggi dan seterusnya. 

Apalagi bagi yang ingin langsing, cobain deh beras merah. Jadinya kuat laper loh. Karena beras merah sangat lambat dicerna ditubuh. Dengan maraknya kasus beras putih plastik, sebenarnya ini momentum juga bagi Indonesia untuk diversifikasi pangan, termasuk menggalakkan beras merah lokal, beras organik produksi petani lokal kita sendiri. Harganya? Ehmm, sepadan kok dengan manfaatnya, dan jika dibandingkan dengan takaran sajinya, ya gak beda jauh harganya.

Ya sudah gitu aja. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun