Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money

Aneh, Rupiah Melemah, Pemerintah Malah Impor Kedelai US$1,211 Miliar?

26 Agustus 2013   10:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:48 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disebut aneh, karena kebijakan pemerintah seperti ini malah bisa membuat blunder perekonomian Indonesia. Seharusnya untuk memperkuat rupiah, tentu saja pemerintah  kampanye memperkuat konsumsi produk lokal. Tetapi alih-alih melakukan hal ini, malah kebijakannya semakin membuat para importir melunjak, dan rupiah semakin nyungsep.

Bahkan kran impor kedelai ini termasuk dengan menghilangkan pajak sebesar 5%, yang selama ini dikenakan kepada impor kedelai. Ini berarti menghilangkan pemasukan negara, insentif untuk para importir!

Memang, dengan melemahnya rupiah, harga kedelai menjadi naik. Dan ini membuat pedagang tahu tempe menjerit. Sehingga, kembali keluar kebijakan instan, yaitu dengan membuka kran impor dengan segala kemudahan dan insentifnya.

Salah satu penyebab melemahnya rupiah, diantaranya adalah karena 'prestasi Menko Perekonomian Hatta Rajasa; baru kali ini terjadi di tahun ini, neraca perdagangan luar negeri Indonesia negatif. Defisit neraca perdagangan,  impor lebih tinggi daripada ekspor.

Semuanya serba impor. Impor terus, tanpa ada insentif untuk memperkuat produksi nasional. Sungguh negara ini terjerat oleh mafia impor, termasuk kebijakannya dan penggerusan anggaran negara untuk impor. Demi menstabilkan rupiah ini, BI telah mengucurkan devisa negara sebesar Rp 9 trilyun, sehingga cadangan devisa berkurang jauh. Tetapi tampaknya tidak berpengaruh terhadap melemahnya rupiah.

Kelangkaan Kedelai; Catatan Gagalnya Suswono dan Hatta Rajasa!

Miris memang melihat kondisi ketahanan pangan di Indonesia. Tahun ini ditandai dengan berbagai gejolak kelangkaan bahan pangan di pasar dan melonjaknya harga bahan kebutuhan pokok. Mulai dari bawang merah, bawang putih, jengkol, cabe dan sekarang terkait dengan kedelai.

Sementara mengenai kenaikan harga kedelai impor, ini adalah kasus yang sama terjadi tahun 2008, bahkan tahun 2012 lalu! Tetapi apakah kementerian pertanian membuat solusi melalui peningkatan produksi dalam negeri? Ternyata tidak dilakukan!

Dari suatu studi yang dilakukan oleh IPB pada tahun 2011, permasalahan produksi kedelai lokal dari hulu hingga hilir diantaranya adalah: petani yang menggunakan benih unggul bersertifikat hanya 10%, kemudian sering terjadi kelangkaan pupuk disentra penghasil kedelai. Sementara petani kedelai yang menggunakan pupuk organik ada 20%; berarti ini tidak terkena insentif subsidi pupuk oleh pemerintah.

Dari sisi produksi, tidak bisa dikatakan bahwa tingkat produktvitas rendah, karena perbedaan iklim (tropis, kedelai cocoknya di subtropis?), karena Malaysia dengan iklim yang sama dengan Indonesia sudah swasembeda kedelai, malah sekarang ekspor ke Indonesia.

Kemudian, disisi rantai distribusi, diketahui bahwa pasar kedelai dikuasai oleh mafia (oligopoli, monopoli), diduga importir. Begitu juga dengan pengendalian harga. Jadi, jikapun harga tinggi di pasar, petani tidak menikmatinya. Jadi bagaimana petani mau sejahtera?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun