Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Contoh Indonesia, Berani Menaikkan BBM!

17 Maret 2012   09:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:55 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini komentar seorang ekonom Mesir di suatu media, mengenai tarik ulurnya soal penarikan subsidi BBM di Mesir. Ekonom tersebut, Magda Candil dari lembaga Egyptian Center for Economic Studies (ECES) memang menekankan situasi gawat daruratnya defisiti anggaran Mesir terkait besarnya subsidi BBM tersebut (sumber: www.egyptindependent.com).

Kalau diliat liat, memang, defisit APBN Indonesia dibandingkan Mesir gak ada apa apanya. Defisit APBN Indonesia jika harga BBM tidak dinaikan, 'hanya' sedikit melewati  3% dari APBN (belum tahu pastinya, tergantung harga minyak dunia), yang berdasarkan 'kesehatan' APBN menurut Departemen Keuangan RI merupakan angka maksimal. Sementara asumsi sekarang, defisitnya 'hanya' 1,5%.

Memang, selama ini rakyat Indonesia kan suka diliatin, ini nih angka subsidi BBM, sampe Rp 60 - 100 T. Tetapi gak diliatin kan ke rakyat, di APBN tuuh berapa peningkatan gaji para pejabat, gaji PNS, biaya gedung DPR, toilet DPR, angka jalan jalan para pejabat dan anggota dewan terhormat. Termasuk biaya pengawalan para pejabat dengan segala aksesorisnya. Sistem feodal yang terus dipelihara, kayak raja jaman baheula aja.

Belum lagi angka untuk beli barang, wuiih, bisa lebih dari Rp 600 trilyun (nih angka liatnya masih yg tahun 2008, belum liat yang 2012, mungkin dah jauh lebih gede).

Sebenarnya lah, jika APBN itu emang untuk kepentingan rakyat banyak, rasanya sih, rela aja kenaikan BBM itu. Jadi, efek dominonya bisa diminimalisir. Tetapi kalo APBN banyakan untuk kepentingan yang gak penting para pejabat, tentu saja, kenaikan BBM bisa semakin memiskinkan rakyat. Apalagi, pengelolaan APBN juga rawan korupsi.

Sementara di Mesir, defisitnya sudah mencapai 19% (!).  Tetapi menaikkan BBM disini memang ibarat buah simalakama. Mereka gak berani donk, semakin menyengsarakan rakyatnya dengan kenaikan harga BBM yang ujug ujug.

Karena daya beli masyarakat mesir anjlok setelah revolusi, pengangguran meningkat, dan kemiskinan bertambah. Situasi ekonomi belum pulih. Lagian, pemerintah Mesir era Mubarrak juga korup, terutama terkait penjualan minyak dan gas ke Israel yang harganya jauhh dibawah harga pasar internasional. Penjualan BBM  ke Israel ini termasuk top priority kasus korupsi yang menyeret Mubarrak.

Terus kalo dibandingkan gaya hidup pejabat pemerintahnya, disini pejabat pejabat pemerintah Mesir juga sederhana banget. Kagak ada pengawalan heboh kayak Indonesia. Mobil dinas pake mobil butut. Yang kaya banget disini pejabat militernya, karena urusan ekonomi, 30% dikuasai oleh militer juga (Mubarrak = rezim milter).

Sekarang ini harga minyak di Mesir, mencapai sekitar Rp 2500, dibandingkan Indonesia Rp 4500 (sebelum naik bentar lagi). Oh iya, perlu saya tekankan disini, Mesir bukan negara kaya penghasil minyak dan gas seperti negara negara arab teluk dan Libya, tetapi produksinya kira kira setara Indonesia.

Ya sudah, semoga para pengambil keputusan di Mesir cukup bijak dan cerdas dalam mengambil keputusan soal BBM di Mesir. Sementara Indonesia? Ya, semoga KPK benar benar serius memantau pengelolaan APBN ini, biar gak disalah gunakan.

Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun