Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sekaya Apa, Lebih Kaya dari Ratu Inggris?

22 Januari 2012   21:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:33 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Black Gold Still - H 2011

[caption id="" align="alignnone" width="454" caption="Antonio Banderas berperan sebagai Nesib. Foto diambil dr google"][/caption] Kalimat diatas adalah cuplikan dialog di film Black Gold, antara Nesib (seorang Sultan oportunis) dengan  penemu minyak ketika diberitahu bahwa dia bakal kaya banget dengan minyaknya itu. Nesib diperankan oleh Antonio Banderas. Dan dengan persetujuannya, mulailah gurun (yang dalam film ini disebut 'yellow belt') dieksploitasi untuk diambil minyaknya. Tetapi tentu, tidak semudah itu mengeksploitasi minyak ditengah sebagian masyarakat yang konservatif. Seorang sultan, bernama Amar yang area kekuasaannya berseberangan dengan yellow belt menganggap bahwa minyak akan membawa masalah ke negeri gurun tersebut. Dia tidak setuju dengan ekploitasi tersebut, dan menganggap Nesib melanggar perjanjian damainya, karena yellow belt sendiri adalah daerah penyangga (buffer area) kekuasaaan kedua sultan tersebut. Amar terlihat difilm sebagai sultan yang soleh. Dan putranya (pangeran Auda), seorang kutu buku, tadinya diserahkan kepada Nesib sebagai salah satu jaminan perdamaian tersebut. Auda menikah dengan Layla, putri Nesib. Dan setelah eksploitasi minyak tersebut, Auda menghadapi dilema pertikaian antara ayah kandungnya dan mertuanya tersebut. Film ini diakhiri dengan perang antara kedua sultan tersbeut. Terlihat eksotis ketika pasukan berkuda membentuk formasi panah di tengah gurun. Sayang, adegan itu cuma sekali. Selain itu, perjalanan pasukan Amar, dengan unta dan kuda, juga terlihat menyentuh, mengarungi gurun pasir seluas itu. Kehausan menjadi momok yang luar biasa. Film ini sendiri memang bersetting-an tahun 1930-an. Disutradarai oleh Jean-Jaques Annaud, sutradara Perancis, berdasarkan novel tahun 1957 yang dibuat oleh penulis Swedia, Hans Ruesch. Annaud juga pernah menyutradai film Enemy at the Gates, film yang menyentuh banget, soal Perang Dunia II. Sayang, film ini kok gak diperankan oleh orang arab sih. Termasuk putri Layla, yang lebih bernuansa afrika daripada arab. Pemeran utama yang orang arab hanya pangeran Auda saja, yang diperankan oleh Tahar Rahim, aktor qatar. Lagipula, karena berdasarkan novel, memang banyak romantika antara pangeran Auda nya dengan putri Layla sendiri. Kayaknya jadi film yang terlalu westernized deh. Sementara ketajaman konfliknya kurang dibangun, sehingga 'rada hambar'. Ya gitulah, namanya juga film. Paling tidak film tersebut menggambarkan realitas bahwa pada tahun 1930-an, di Arab Saudi, di negeri gurun yang kerontang ini, ditemukan minyak yang luar biasa besarnya. Arab Saudi merupakan negara penghasil minyak terbesar didunia, dan menguasai 25% cadangan dunia. Dan minyak ini yang 'menghidupkan' dunia. Ya sudah. Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun