Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salahudin & Kehidupan Plural di Yerusalem (Konteksnya dengan Keindonesiaan Kita)

28 Maret 2011   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:22 2107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini saya buat karena prihatin  banget dengan beberapa kasus yang menghentak keharmonisan kehidupan masyarakat sipil Indonesia. Seperti kasus rumah ibadah di Yasmin Bogor dan Ahmadiyah. Kasus bom yang menteror masyarakat sipil. Juga kasus bom bunuh diri yang memakan korban masyarakat sipil.  Sebenarnya mereka ngikut siapa sih?

Disini ada beberapa catatan sejarah yang mungkin bisa membuat kita berkaca bahwa doktrin diatas tersebut tidak ada presedennya di dalam sejarah Nabi, para sahabat dan orang orang soleh yang mengikuti nabi.

Sebelum sampai ke kisah Salahudin (abad 12 M), beberapa khalifah pengganti nabi (abad 7-8 M) membuat kebijakan yang berkaitan dengan keharmonisan kehidupan bersama sebagai berikut (berdasarkan pakem ‘Piagam Madinah’ yang dibuat Nabi yang menjunjung penghargaan antar iman di Madinah).

Abu Bakar (khalifah 1): kode etik yang dibuat oleh Abu Bakar kepada tentaranya adalah; tidak boleh menebang pohon, tidak boleh membunuh masyarakat sipil, tidak boleh merusak rumah ibadah dan tentara yang berlindung di dalam rumah ibadah (gereja, sinagog, kuil, dstnya) harus dilindungi. Oh iya, perlu ditekankan disini, dalam perang saja masyarakat sipil dilindungi, la ini kondisi damai malah dihujani teror bom. Mengenai masalah bunuh diri, ini juga, jelas jelas tidak dibolehkan dalam Quran dan hadits, kok malah digunakan untuk menyebar teror.

Umar bin Khattab (khalifah 2): Ketika tentara Umar menduduki Damascus (Syiria)pada abad ke-7 M, sebuah gedung kosong yang amat luas dan telah ditinggalkan oleh pemiliknya dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian menjadi masjid, dan satu lagi menjadi gereja. Jadi umat Islam dan Kristen yang hendak beribadah harus melewati pintu pagar yang sama. Jadi bukan sekedar bersebelahan halaman, tetapi memakai gedung yang sama yang dibagi 2 menjadi mesjid dan gereja. Biasa aja tuh, berbeda keyakinan tetapi bersebelahan beribadahnya.

Di abad yang sama ( 7 M), ketika tentara Umar juga menaklukkan Mesir, catatan sejarah yang dibuat oleh penganut Kristen Koptik bisa menunjukkan bagaimana perlakuan/kebijakan Umar terhadap gereja koptik di Mesir.Walaupun penulis Kristen ini masih memandang prejudice atau curiga terhadap agama baru sang penakluk, tetapi dia tetap menulis: “Tidak ada gereja dan biara yang dihancurkan. Tidak ada juga penjarahan. Bahkan gereja gereja dan biara biara kami dipelihara dengan baik oleh penguasa muslim tersebut’ .

Sumber Kulafur Rasyidin: buku “The Great Arab Conquest’, Abu Bakr, Umar (Haekal), Wikipedia

Sultan Salahudin Al Ayyubi.

Sementara contoh yang terbaik bagaimana penghormatan terhadap rumah ibadah juga dilakukan oleh Salahudin. Ketika menaklukkan Yerusalem pada tahun 1187, atau 27 Rajab 583 H, Salahudin juga melakukan hal yang sama. Gereja Makam Suci yang menjadi pusat ziarah Kristen tetap dipelihara oleh Salahudin. Bahkan kepengurusan atau perawatan Gereja ini dibuat bergantian antara Kristen Romawi dan Kristen Ortodoks.

Penaklukan Salahudin dilakukan tanpa penganiayaan. Kebaikan hatinya bukan saja ditunjukkan kepada masyarakat sipil, tetapi juga kepada tentara yang ditaklukkan. Penulis sejarah Salahudin menyebutkan: ‘setiap kali dia menaklukkan benteng Kristen seperti Acre, Ascalon, atau Yerusalem, Salahudin selalu memperbolehkan tentara dan ksatria musuh mencari perlindungan di Tirus. Akhirnya Tirus menjadi benteng yang teramat kuat dan sulit ditaklukkan’. Bukan hanya kepada tentara, kepada Raja Inggris, Richard The Lionheart yang sangat kuat, tangguh dan datang hendak merebut kembali Yerusalem dari tangan Salahudin pun tak urung dibaikin oleh Salahudin. Ketika Raja ini sakit, Salahudin mengirim buah-buahan segar dan tabib untuk raja ini.

Selain terhadap umat Kristen, perlakuan Salahudin yang bijak juga ditujukan kepada kaum Yahudi. Salahudin mengumumkan bahwa kaum Yahudi ‘diundang’ hadir kembali ke Yerusalem.Tawaran Salahudin disambut gembira sekali dan ditulis oleh penyair Yahudi: ’Tawaran kembali ke Yerusalem mewarnai kelahirannya kembali. Semua diperkenankan kembali dengan sukacita, yang terpaksa bermukim di Mosul dan Mesir penuh kekurangan, dan mereka yang menghilang di ujung dunia. Semua diperkenankan berkumpul di dan menetap didalamnya’. Proklamasi Salahudian menyebarkan kegembiraan di seluruh diaspora. Dan kaum Yahudi membangun kembali kehidupannya serta sinagog-sinagog mereka yang sebelumnya telah hancur menjadi puing-puing.

Dan kehidupan sang Sultan yang penuh kesederhanaan menjadi inspirasi tersendiri pula. Alih-alih tinggal di istana kota yang megah dan mewah, Salahudin memilih tinggal di sebuah masjid kecil bernama Al-Khanagah, yang dia dedikasikan kepada Tuhan ‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, tidak jauh dari gereja Makam Suci dan Via Dolorosa (sumber : Warrios of God: Richard the Lionheart and Saladin)

Kembali ke konteks sekarang di Indonesia, jadi heran kan, kalo sekarang orang yang mengaku ‘islam’ ini tidak membolehkan orang mendirikan rumah ibadah, menteror bom, dan melakukan bom bunuh diri? Sekali lagi ngikut siapa sih? Apa ada yang memprovokasi atau ingin membuat revolusi seperti investigasi Aljazeera? Jadi ada dalangnya? Membuat konflik agama jadi berkepanjangan? Yang jelas, pemahaman 'mata kuda' terhadap kehidupan ini tidak akan langgeng, karena fitrahnya manusia itu ya beragam dan kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun