Mentari hangat menyapa ketika saya keluar dari apartemen teman tempat saya inep di Geneva. Walaupun dingin masih menggigit, tetapi tidak menyurutkan niat untuk berjalan-jalan menyusuri kota. Ya iyalah, massa datang jauh-jauh cuman untuk tidur mulu, hehee. Saya sudah diwanti-wanti mengenai cara naik bis, turun di mana, dan yang penting mesti tahu jalan pulang. Penanda apartemen ini adalah halte Jean-Jacques Rousseau, yang dari apartemen teman saya hanya berjalan sekitar 10 menit. Ehmm, nama yang penuh makna.
[caption id="attachment_335337" align="aligncenter" width="562" caption="Banner Rousseau ditepi Danau. Foto: Ilyani"][/caption]
Dari sini, beli tiket bis melalui mesin tiketing, seharga 8,5 CHF atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 110 ribu. Kemudian naik bis menuju Danau Geneva. Jalan-jalan begitu sepi. Penduduknya sedikit, hanya sekitar 500 ribu orang. Begitu tiba di danau Geneva, baru terlihat ramai orang berada disini. Berjalan-jalan dengan tenang. Menikmati keindahan danau.
[caption id="attachment_335338" align="aligncenter" width="490" caption="Danau Geneva. Foto: Ilyani"]
Beberapa pasangan memandang danau bergandengan tangan. Tetapi mata sang kekasih tentu lebih indah dari danau, dan kemudian mereka akan saling memandang penuh cinta. Cie, cie, hihii. Adegan selanjutnya aku tutup mata, hehee.
Ada juga yang dipager danau, seorang perempuan cantik tiduran menekukkan kaki. Aduh, semoga dia gak mimpi ya, terus menggelinding ke danau. Ada juga yang memandang danau dan menghela napas, menikmati kedamaian yang dalam, dari danau yang biru, luas dan tenang.
Angsa-angsa juga menambah suasana romantis ditepian danau. Beberapa ekor sibuk menjulurkan kepalanya mencari ikan ke dalam danau. Ikan-ikan ini bisa kita lihat tampak riang berenang, karena jernihnya air danau. Tetapi dua ekor angsa juga tampak bercengkrama, mesra sekali. Jadi inget puisi yang dibuat suamiku untukku, tentang suatu negri dimana angsa bertemu pelangi....:D...cuit cuit, hahaa...
Aku kembali menyusuri trotoar ditepian danau. Kadang duduk sambil menikmati keindahan danau dan bunga-bunga yang mulai mekar. Hingga tiba di banner bertuliskan Rousseau. Baru ngeh, kalau Rousseau ternyata dilahirkan di Geneva (28 Juni 1712), tepatnya di rumah di tepi jalan Jean-Jacques Rousseau, halte dimana aku naik bis.
[caption id="attachment_335339" align="aligncenter" width="350" caption="Bunga bersemi di tepi danau. Foto: Ilyani"]
Yang menarik mengenai Rousseau adalah bahwa beliau termasuk filsuf yang mengembangkan romantisme. Masalah kesetaraan manusia, demokrasi dimana dia menentang kekuasaan para bangsawan, juga menjadi fokus Rousseau. Buku-bukunya yang berpengaruh diantaranya adalah Confessions, The Social Contract, Discourse on the Origin of inequality, Emily, dan Julie La nouvelle heloise, novel yang menjadi cikal bakal romantisme di bidang tulisan fiksi.
Walaupun sebenarnya yang kutahu, sejak dulu sudah ada berseri-ceri cerita romantis dan petualangan semacam 1001 malam, atau Laila Majenun (kisah kasih tak sampai), Mahabarata (beberapa episode merupakan cerita ketulusan cinta dan pengorbanan), tetapi mungkin yang menjadikan karya novel Rousseau dianggap perintis romantisme karena dijadikan kajian, bahan perdebatan, dan diikuti secara jamak oleh para pemikir untuk membuat semacam novel yang bisa merubah paradigma sosial masyarakat, melalui cerita romantis.