Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Brazil Menarik Dubesnya? Kartel Narkoba Brazil & 'Kekejamannya'

19 Januari 2015   17:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49 2665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_391754" align="aligncenter" width="624" caption="Polisi memperketat penjagaan di Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, sejak Jumat (16/1/2015) menjelang eksekusi mati sejumlah terpidana narkotika pada Minggu (18/1/2015) pukul 00.00 WIB. (AFP PHOTO / DIDA NUSWANTARA)"][/caption]

Akibat hukuman mati terhadap warga Brazil pengedar narkoba, Brazil menarik dubesnya. Sebenarnya cukup aneh, jika Brazil tidak 'melawan' rezim narkoba, secara di negaranya sendiri, mafia narkoba ini menjadi biang kekerasan dan pembunuhan.

Bahkan tingkat pembunuhan di Brazil selama tahun 2013 meningkat 130-an% dibandingkan tahun 2011. Dan hampir semua pembunuhan itu terkait oleh geng-geng narkoba, yang saling berbalas bunuh-membunuh. Geng kartel narkoba paling besar di Brazil bernama First Capital Command (PCC), yang berada di balik pembunuhan ratusan polisi di Sao Paulo di Brazil pada tahun 2013.

Yang mengerikan, geng ini juga sangat kuat operasinya di penjara-penjara Brazil. Jadi berada di penjara, tetapi operasi penjualan narkoba tetap jalan dan terorganisir. Selain polisi, hakim juga menjadi sasaran pembunuhan. Termasuk yang dilakukan oleh pemimpin PCC ini, yang membunuh hakim pada tahun 2003, sehingga dia harus menjalani penjara seumur hidup. Tetapi sekali lagi, namanya dipenjara di Brazil, tetapi organisasi kriminal narkoba yang dipimpinnya semakin membesar. Kini anggotanya diperkirakan 1.300 orang.

Tingginya pembunuhan di Brazil menempatkan negara ini sebagai negara no.7 dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia, setelah El Savador, Guatemala, Trinidad & Tobago, Venezuela, Colombia, Guadalupe.  Selama kurun 2008-2011, pembunuhan yang terjadi mencapai 206 ribu kasus atau 51,5 ribu/tahun atau 141 orang pembunuhan/hari. Dan korbannya adalah generasi mudanya, berusia di bawah 35 tahun.

Sulitnya memberantas geng narkoba di Brazil juga karena geng ini punya relasi dengan 'oknum' polisi. Diperkirakan ada 100.000 polisi yang terkait dengan geng ini. Belum termasuk dengan 'oknum' kehakiman, kejaksaan, dan 'oknum' pemerintahan lainnya.

Bukan hanya Brazil yang terjerat oleh geng narkoba yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Tetapi banyak negara di Amerika Latin menjadi korbannya. El Savador, Colombia, Honduras, Venezuela, Meksiko, dan beberapa negara lain adalah negara-negara chaos, di mana bom meledak hampir setiap hari, pembunuhan massal sering terjadi. Bahkan cerita teman yang ke Bogota beberapa waktu lalu mengatakan, di Indonesia ada bom sesekali heboh, di sini hampir setiap hari ada bom meledak.

Indonesia perlu memetik pelajaran mengenai hal ini. Penjara, walaupun dengan hukuman seumur hidup bisa dijadikan 'kantor' di mana peredaran narkoba tetap terjadi. Malah bisa semakin membesar, karena penghuninya bisa mengorganisasi sesama kriminal untuk memperkuat diri, dan menjadi agen-agen penjual berikutnya jika telah bebas dari penjara.

Ngeri, dampak narkoba bagi generasi muda. Saya mendengar sendiri, curhatan ibu-ibu ke mertua saya mengenai dampak narkoba ini di lingkungan rumah mertua. Anak jadi nyolong, bahkan membunuh demi uang untuk mendapatkan narkoba. Padahal dari keluarga gak gitu mampu, tetapi terjerat karena pergaulan. Akhirnya mati juga karena over dosis, di usia muda. BNN (Badan Narkotika Nasional) memperkirakan, 40 orang meninggal setiap hari karena narkoba ini. Apakah pembela HAM pernah membela korban narkoba ini? Yang mati, keluarganya, dan dampak sosial yang begitu dalam di masyarakat?

Ya sudah gitu aja. Semoga negeri ini semakin baik. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun