Debat Pasangan Calon Gubernur DKI yang pertama telah sukses digelar tanggal 13 Januari 2017 lalu. Menurut saya, kualitas debat ini lebih baik daripada debat Paslon Cagub 5 tahun yang lalu. Maklum, ketika itu kan pemilihan langsung yang pertama, dan itu juga debat yang pertama. Jadi formatnya masih baku dan tidak ada tanya jawab antar paslon. Kan yang suka jadi 'kejutan' adalah pertanyaan antar paslon ini.Â
Walaupun begitu, secara keseluruhan, ekspektasi saya terhadap beberapa hal ternyata tidak muncul. Ada 5 hal menurut saya yang menjadi kelemahan debat ini.
1. Penguasaan data oleh paslon. Tadinya saya kira debat ini adalah 'perang data'. Ternyata yang disebut angka kemiskinan, pengangguran, indeks gini (kesenjangan antara yang kaya dan miskin) tidak muncul. Begitu juga dengan angka keamanan. Misalnya, ketika Agus ingin menjamin 'keamanan' warga Jakarta, apakah dia tahu tingkat keamanan Jakarta dibandingkan kota-kota dunia lainnya? Data ini ada loh, dan selalu menjadi rujukan jika kita ingin berkunjung atau bermukim di suatu kota di seluruh dunia.Â
Begitu juga Ahok, dia juga smepat menyebut angka, misalnya sudah membangun 188 RPTRA. Ini angka yang salah, karena yang benar 71 RPTRA yang diresmikan. Tapi kan gak ada yang nyanggah, karena paslon lain kagak tau juga kali, hehe. Atau menyebut tidak pernah menggusur kecuali bantaran kali, ini juga salah. Karena kampung akuarium, pasar minggu dan lebak bulus digusur walaupun bukan di bantaran kali.Â
2. Jawaban tidak nyambung dengan pertanyaan. Misalnya ketika Ira Kusno bertanya soal integritas, jawabannya banyak yang curhat pengalaman atau soal kesantunan. INtegritas lebih dari itu dan diuji ketika pemimpin mendapat 'godaan' korupsi atau mementingkan diri, keluarga atau golongannya. Â Begtu juga tanya jawab paslon suka dijawab beda dengan inti pertanyaan.Â
3. Penguasaan tata ruang dan wilayah DKI. Bagi saya, seharusnya seorang pemimpin itu memiliki 'peta' DKI secara keseluruhan di otaknya. Dan sudah punya 'peta' masalah juga di otaknya untuk setiap wilayah itu di DKI. Tetapi penguasaan ini tidak keluar ketika paslon membicarakan 'ketegangan sosial' misalnya. Padahal permasalahan sosial diJakarta banyak dipengaruhi oleh 'penguasaan ruang' oleh pihak tertentu
4. Format debat. Sebenarnya pembatasan waktu dan pertanyaan-pertanyaan membuat debat tidak bebas dan lepas. Sebenarnya tidak perlu urut menurut saya mah, nanya-nanyanya. Tetapi lepas saja ketika diskusi tema yang sudah ditentukan oleh KPUD. Ini untuk sesi tanya jawab antar paslon yak.Â
5. Moderatornya. Menurut saya Ira Kusno terlalu tegang euy. Apalagi di awal-awalnya.  Tetapi penampilan Ira Kusno yang memang menarik bisa menutupi ketegangan itu.Â
Semoga debat berikutnya para paslon bisa lebih baik lagi. Ya sudah gitu aja. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H