Mesjid adalah salah satu tempat yang menangkan dan menyenangkan. Di manapun kita berada akan selalu ada mesjid untuk kita berhenti sejenak untuk beribadah sekaligus beristirahat. Saya juga punya kebiasaan memotret mesjid-mesjid yang saya kunjungi mau itu sengaja ataupun tidak.
Bahkan waktu kuliah dulu saya dan salah satu teman dekat saya punya kebiasaan mengunjungi mesjid-mesjid di kampus-kampus yang ada di jogja. Iya dulu saya kuliah di Jogja. Kami akan sengaja pergi saat mendekati waktu solat. Lalu akan solat di mesjid yang kami kunjungi tersebut. Meski kami tidak berkuliah di tempat itu kami dengan percaya diri akan masuk kampus dan mencari mesjidnya.
Salah satu mesjid yang saya dengan teman saya kunjungi adalah mesjid di kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Saat itu setelah berkeliling mencari ponsel baru untuk adik teman saya di pasar baru Malioboro. Lalu kami menyempatkan mampir ke kampus UIN untuk solat ashar.
Mesjidnya bagus dan luas. Ada beberapa ornamen yang saya suka. Yaitu di bagian-bagian tertentu ada kayu-kayu sebagai dindingnya. Nampaknya itu adalah kayu terbaik. Karena kayunya nampak mengkilap. Saya dan teman saya solat di lantai dua. Waktu itu mesjid masih sepi belum banyak mahasiswa. Mungkin mereka masih kuliah. Berbeda dengan kami yang sedang tidak kuliah.
Mesjid lainnya yang membuat saya bahkan jatuh cinta adalah mesjid yang ada di pondok pesantren modern islam Assalaam di Sukoharjo. Waktu itu saya praktek kerja lapangan di pondok pesantren tersebut.Â
Saat pertama kali solat di sana. Mashaallah saya takjub dengan mesjidnya. Ada undakan tangga kecil di bawahnya. Berjejer sendal-sendal santri. Lalu setelah undakan tangga kecil itu kita akan melihat dan menginjak teras mesjid. Keramik yang nampak tradisional namun memberikan kesan elegan. Keramik berwarna abu yang kesat. Namun sangat bersih dan mengkilap.
Tempat solat putri ada di lantai dua. Lagi kami melewati tangga hingga sampai di lantai dua. Nampak dari luar mesjidnya itu kecil. Tetapi ternyata mesjid ini mampu menampung 2000 santri. Terdiri dari santri perempuan dan laki-laki juga ustad ustadah dan para tenaga pengajar. Seluruh catnya berwarna putih bersih. Kubahnya berwarna perak. Di teras-teras mesjid ada lampu-lampu hiasa yang juga berwarna putih semua.Â
Sampai sekarang saya masih bisa merasakan bagaimana semilir angin masuk ke dalam saat kita solat. Karena banyaknya jendela yang terbuka mesjid ini tidak memerlukan kipas angin atau AC untuk mendapatkan udara dingin. Karena angin masuk dengan baik lewat jendela-jendela kayu berwarna putih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H