Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayur Basi

13 Maret 2019   08:08 Diperbarui: 13 Maret 2019   08:34 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini adalah hari yang paling ku tunggu karena hari ini akhirnya aku dan kamu akan disahkan oleh bapak penghulu di depan kedua orangtua mu juga orangtua ku. Akhirnya waktu itu tiba, akhirnya waktu yang selama ini kita nantikan datang juga. Dan yang paling melegakan buatku adalah akhirnya aku dengan fasih melafalkan kalimat ijab qabul untuk menjadikan mu sah sebagai istriku dimulai hari ini hingga seterusnya hingga waktu yang tak terhingga. Hingga akhirnya aku melakukan selebrasi yang membuat setiap pasang mata yang hadir menyaksikan hari bahagia kita terpaku dan tidak percaya ada orang sepertiku yang tidak malu melakukan selebrasi itu.

"yes akhirnya" Sambil ku mengempalkan kedua tangan yang kutarik ke bawah tanda aku sangat bahagia dan merasa lega.

Dan ternyata semua orang mengambil video ku ketika aku selebrasi dan mereka menertawakan seakan puas.

"Hehehe maafkan aku ya sayang, aku melakukan hal bodoh ini"  ungkapku dalam hati melihat raut muka dia yang ku panggil istri saat ini.

Acara akad nikah pun selesai dilanjut dengan resepsi pernikahan yang semua orang nantinya akan menyalami aku dan kamu. Kemudian akan menyalami kedua orangtua ku dan ibu mertua, serta ayah mertuaku. Dan yang paling buatku bahagia adalah ketika aku diam-diam melihat raut wajahmu yang saat ini tersungging senyuman tulus, senyuman yang sangat bahagia karena hari ini kamu sudah menikah kamu sedang melaksanakan acara resepsi yang selama ini kamu inginkan, kamu nantikan, kamu bicarakan denganku sebagai impian. Dan impian kita berdua kini sudah terlaksana sayang.

Setelah lelah menyalami serta memberikan senyuman terbaik kepada seluruh handai taulan, seluruh tamu yang datang untuk memberikan selamat kepada kita. Ku terkulai lemas karena lelah sama kamupun begitu. Dan akhirnya kita dapat beristirahat istirahatku kali ini ditemani seorang istri dan seterusnya ke depan aku bakalan sama kamu terus. Malam pun tiba namun tak akan ku ceritakan apa yang aku dan kamu lakukan kepada semua orang. Biarkan yang tahu hanya kita berdua saja. Biarkan semua orang dibuat pensaran apalagi si jomblo yang belum menikah. Kalo bagi teman-teman yang sudah menikah tak ada masalah karena mereka sudah sangat tau.

Besoknya kita mendirikan shalat subuh berjamaah indahnya pemandangan subuh ku kali ini. Indahnya bangun tidurku kali ini dapat memandangn wajahmu lebih lama dari baisanya. Dapat memandang wajah polosmu ketika bangun tidur. Alhamdulillah syukurku telah menikahi seorang gadis cantik dan baik sepertimu. Lalu aku dengan polos meminta izin untuk pergi ke sekolah karena satu tugas yang tak bisa aku tinggalkan. Dengan rasa sesal kamu terpaksa melepas dan memberikanku izin untuk berangkat ke sekolah. Padahal biasanya, orang-orang yang baru menikah dihari pertama mereka akan memanfaatkan waktu berdua untuk pergi jalan-jalan atau sekedar istirahat di rumah.

"Maafkan aku ya sayang, aku harus tetap pergi ke sekolah di hari pertama kita resmi menjadi suami istri ini."

"Iya tak apa-apa sayang. Gak masalah ko tapi sebelumnya aku mau siapin sarapan untukmu ya?"

"Ohya tentu boleh dong. Sekarang mah ada kamu yang masakin aku sudah tak perlu khawatir lagi."

Tak lama kemudian istriku datang membawakan nasi serta sayur sisa acara hajatan kemarin. Tak ada yang spesial katanya tapi tidak apa-apa apapun yang disiapkan oleh istriku aku harus menghargainya. Tak lucu dong, kalo aku menolak dihari pertama kita menjadi suami dan istri. Tak lama kemudian aku menyendok sedikit nasi dan sayur nya. Setelah aku rasakan ko nasinya gak pulen gini ya nasinya sudah tidak enak lah pokoknya. Yang lebih parah adalah bahwa sayurnya pun ternyata sudah basi. Batinku dalam hati "apakah istriku ini memanaskan sayur ini atau tidak ya?". Tapi tak mungkin aku menunjukkan bahwa ini sudah basi dan ini sudah tidak enak lagi tak hanya sayur nasinya pun demikian. Untung saja aku tak begitu banyak menyendok nasi dan sayurnya. Untung saja aku mengambil secukupnya. Baru sedikit ini saja saya sudah tidak kuat namun aku paksakan karena tak mungkin menyinggung perasaannya.

"Sayang aku berangkat ke sekolah dulu ya?"

"Iya hati-hati ya. Nanti kalo sudah sampai ke sekolah kabari ya?"

"Iya siap sayang."

Disepanjang jalan dari rumah menuju ke sekolah aku merasakan ada yang tidak beres dengan perutku. Aku merasakan reaksi tidak enak dari perutku akibat makan makanan basi tadi. Sesampainya di sekolah tujuan utamaku adalah kamar mandi. Setelah itu aku merasakan lemas di sekujur tubuhku lalu aku pergi makan ditemani oleh kawan sejawatku. Lalu aku menceritakan kisah tadi pagi tentang tragedi nasi basi dan sayur basi. Entah kenapa kawanku malah menertawakan dengan sangat puas.

"Harus gitu ya maksain terus gak bilang kalo nasi sama sayurnya basi?"

"Harus dong, masa dihari pertamaku menjadi suaminya tidak menghargai apa yang telah disiapkannya. Aku takut menyakiti hati dia. Tak enak rasanya bila seperti itu."

"Tapi kalo nanti kamu sakit, dia akan merasa lebih tidak enak loh. Karena kamu tidak bilang ke dia sejak awal."

"Ya semoga saja aku tidak sakit lah. Jangan mendoakan yang tidak baik gitu dong."

"Ya semoga saja ya kamu baik-baik saja. Mana tadi pagi abis perjalanan jauh kan? Pasti kena angin tuh. Memang serba salah sih menghadapi cewek tuh."

"Udahlah kita berdoa yang terbaik aja semoga pernikahanku gak bermasalah hanya karena sayur basi."

Sesampainya di rumah setelah melewati perjalanan jauh. Perkataan temanku ternyata terjadi, seakan menajdi doa yang dikabulkan oleh semesta. Aku terkapar sakit selama beberapa hari ke depan. Istriku tau bahwa sebab sakitku adalah nasi dan sayur basi kemarin. Dirinya meminta maaf serta menyesal padaku. Tak hanya istriku mamah mertua serta bapak mertuaku pun ikut meminta maaf karena kesalahan ini. Padahal nyatanya malah aku yang meminta maaf tidak jujur sejak awal kalo tau ceritanya bakal begini. Ternyata tubuhku tidak cukup kuat untuk ini semua.

"Maafkan aku sayang." Sesalku pada istriku.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun