Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dua Pasang Kekasih Tua

4 Maret 2019   20:46 Diperbarui: 4 Maret 2019   20:57 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap hari minggu aku selalu bangun agak siang, ya paling siang jam 8 pagi. Karena selepas subuh aku pasti tidur kembali dengan selimut hangatku. Lalu kemudian tak akan banyak yang aku lakukan paling cuma mandi, beres-beres kamar kemudian membuka laptop, membuka file satu-satu. Kalau sedang tidak malas bisa mengerjakan satu dua tugas kuliah yang menjemukan. Atau sekedar membuka blog menuliskan apa yang ingin ku tulis dan membagikannya untuk dibaca banyak orang.

Pada setiap tulisan yang aku bagikan aku selalu ingin ada hal yang dapat pembaca ambil, akan ada pelajaran, makna hidup yang bisa mereka ambil dan syukur-syukur bisa mereka terapkan jika itu kebaikan untuk hidup mereka. Sama seperti kali ini aku hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah abadi sampe hari tua. Mereka sudah membuktikannya bukan hanya omongan belaka.

Jadi dihari minggu yang agak berbeda kemarin. Karena aku sedari pagi sudah bangun dan diajak menyusuri sebuah pasar dadakan di kota Bandung oleh seseorang. Namun kisah yang aku temukan justru bukan di tempat yang banyak orang berjualan dan sesak, dipadati oleh orang-orang yang berburu ingin belanja. Kisahnya aku temukan di tempat sederhana di pinggiran jalan kota.

Setelah lelah menyusuri pasar dadakan, kemudian menemukan barang yang hendak dibeli. Dia yang bersamaku mengajakku makan. Tadinya mau makan bubur tapi tidak jadi karena aku sedang tidak mau bubur melainkan aku sedang ingin makan bakso. Akhirnya dia mengamini keinginanku.

Sesampainya di tempat warung bakso pinggiran jalan, tepatnya di depan sebuah ruko yang tengah tutup. Kami memesan dua mangkuk bakso. Tak membutuhkan waktu lama untuk menunggu pesanan kami datang karena tempatnya belum ramai bahkan sepertinya mereka baru buka dan kami pelanggan pertama. Alhamdulillah pilihan tempat makanku saat ini tidak mengecewakan. Karena rasanya enak, kemudian harganya cukup terjangkau juga. Kenyang alhamdulillah setelah memakan semangkuk bakso. Sebelum kami pulang, kami ngobrol ngalor ngidul ke sana kemari. Sampai akhirnya kisah pentingnya dimulai.

Aku memandang kejauhan ke sebuah pinggir jalan. Di sana aku nampak melihat sepasang kekasih yang sudah tidak muda bahkan sudah sangat sepuh. Aku menyebutnya pasangan kakek dan nenek. Aku menyaksikan betapa romantis nya mereka dihari minggu cerah ini. Mereka tampak akan berkencan seperti pasangan muda lainnya yang mengisi hari minggu dengan jalan-jalan berdua.

Si kakek nampak menyetop sebuah angkot yang melaju di depannya. Kemudian angkot itu berhenti tepat di depan pasangan yang sempurna. Kemudian, si kakek dengan gagah mempersilahkan wanitanya untuk naik ke angkot duluan. Tak lama disusul oleh si kakek. "Ah mereka hendak pergi kemana ya?" Gumamku dalam hati kemudian. Aku berfikir mereka tengah bahagia dan ingin menghabiskan hari minggu dengan kencan keliling kota.

Aku menoleh ke orang di sampingku. Hanya memandangnya dan tidak mengatakan apapun. Inginnya menceritakan tentang yang aku saksikan tadi. Tapi terlalu malu nanti saja itu pikirku.

Diakhir waktu ketika kami hendak memutuskan untuk pulang. Tak lama datang satu pasangan sepuh lagi. Satu pasangan lainnya berbeda dengan pasangan kakek dan nenek tadi. Namun mereka sama, mereka sama-sama pasangan yang benar-benar bersama sampai hari tua.

Tak hanya ucapan diwaktu muda yang gombal belaka. Mereka nampak keluar dari sebuah toko serba ada. Si nenek nampak menenteng keresek belanjaan.

Dan si kakek tak membawa apa-apa. Kemudian pasangan itu menghampiri gerobak baso yang tengah aku nikmati bakso nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun