Bukan berarti kamu tidak mengkhawatirkanku. Tapi lebih dari itu aku yakin kamu sangat bahkan lebih dari sekedar khawatir kepadaku.
Rasa-rasanya untaian kata, sebaris atau bahkan beribu kalimat untuk gambarkan rasa terimakasihku. Tak akan cukup untuk menggantikan, mengembalikan rasa cintamu, kasih dan sayangmu yang selalu setia kau berikan disetiap tarikan nafasmu. Bahkan jika berbicara materi yang kau berikan kepadaku yang sedari dalam rahimmu sudah banyak kau berikan tanpa pandang pamrih. Akupun sangat tidak akan mampu menggantikannya. Jikalaupun cukup dan aku rasa tidak akan pernah cukup.
Aku anak yang lahir diawal tahun 1995 tepat di bulan Januari. Kata mamah, aku lahir bersamaan dengan adanya stasiun televisi Indosiar untuk pertama kalinya walau selang empat hari. Tapi mamah selalu ceritakan itu seakan bangga sebagai ciri kelahiranku. Aku anak kedua yang selama Sekolah Dasar menghabiskan waktu sepulang sekolahnya diam di rumah.Â
Jarang sekali main, hanya menghabsikan waktunya untuk menonton televisi itu ruitinistasku. Aku selalu menangis jika ada keinginan yang tak kau penuhi. Dan bahagia kembali jika kau penuhi apa inginku.
Mamah yang sedari dulu jika belikan makanan untuk ketiga anaknya selalu adil tidak dibeda-bedakan. Mamah yang selalu belikan aku, teteh dan adek ice cream Feast rasa cokelat. Selalu belikan kami baju baru dan sepatu dihari raya.Â
Ohya, mah... mamah ingat aku anak keduamu adalah satu-satunya yang beranikan diri keluar dari rumah sejak lulus SD. Ditahun 2007 aku memutuskan untuk belajar di Pesantren dan itu adalah salah satu keinginanmu untuk ketiga anakmu yang mencoba bisa aku wujudkan. Sulit sekali awalnya aku hadapi kehidupan di Pesantren.
 Setiap sehabis magrib aku selalu duduk di depan lemari menutup wajah dengan mukena untuk menangis sesenggukan ingin rasanya pulang ke rumah. Bagaimanapun hidup awal di pesantren itu sangat sulit bagiku.
Kau tau sendiri kan mah, aku selama di rumah tidak pernah yang namanya menginap di rumah orang lain bahkan di rumah alm nenek dan alm kakek sekalipun. Bahkan di rumah kerabat sanak saudara sekalipun. Tetapi motivasi ku sangat kuat, aku memiliki motivator yang begitu hebat. Dan itu adalah kamu. Beruntungnya aku miliki mu mah.Â
Yang begitu sabar setiap minggu berusaha menjenguk aku, menghiburku, membawakanku banyak makanan yang gak ada di pesantren. Satu minuman dan makanan yang tak pernah lupa kau bawakan untukku. Minuman tebs, cokelat silverquiun dan bakso. Itu menjadi moodboster ku untuk satu minggu ke depan. Dan itu terjadi selama enam tahun aku hidup di pesantren.
Ingat sekali pada saat kelas tiga SMP aku mempunyai tugas membuat film pendek menggunakan bahasa arab. Kemudian aku kasihkan CD nya ke mamah. Dengan bangga mamah bawa kaset CD itu ke rumah. Dan mamah mengajak sanak saudara, tetangga untuk menonton bareng. Mamah bilang, mamah bangga dan mamah menangis karena haru bahagia melihat anaknya ada di layar tv. Mungkin itu salah satu moment bahagia moment yang di mana aku dapat membanggakan diriku sendiri kepadamu mah.Â
Setelah lulus dari pesantren. Aku melanjutkan kuliah di Yogyakarta dan itu dapat terwujud atas doa dan dukunganmu. Semua yang aku lakukan teramat ringan mah, sampai saat aku menulis ini berada di kota Bandung untuk melanjutkan pendidikan itupun berkat doa dan dukunganmu. Sedari dulu aku tak pernah merasakan sulit dalam hidupku. Sangat aku yakini bahwa semua urusan yang aku lakukan menjadi ringan berkat doa mu disetiap sepertiga malammu.