Mengetahui informasi dari status Facebook seorang dokter wanita (Dr. Epi, yang bertugas di Puskesmas Balai Jaya, Rohil/baca disini) tentang seorang bocah yatim yang bernama Putri (2,5) sekujur kaki kanannya melepuh akibat terbakar, di sebuah perkampungan di kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Tepatnya di Dusun Balai Selamat RT / RW 004 / 002 Desa Pasir Putih Barat, kecamatan Balai Jaya.
Ia adalah putri seorang janda yang bernama Elia br. Hasibuan yang bekerja sebagai buruh kebun karet milik warga. Mirisnya lagi, rumah yang meraka tinggali akan dipergunakan oleh pemiliknya (kabarnya hendak dijual). Disaat anaknya terkena musibah, dalam waktu dekat terpaksa harus mencari tempat tinggal.
Sore itu saya hubungi seorang teman, Irwansyah namanya untuk berangkat menuju lokasi yang dimaksud. Berhubung, teman saya yang seorang advokat ini juga seorang admin sebuah grup jual beli di Facebook, yakni Bagan Batu Komersil (BBK). Yang mana, beberapa waktu lalu, saya punya projek menjual topi grup yang bisa dituliskan nama member. Dari hasil penjualan, sengaja saya sisihkan untuk program sosial. Niatnya sih untuk anak yatim. Iya, yang benar-benar pantas untuk dibantu.
Sekira pukul 15.30 wib pada Selasa (13/12/2016), kami pun mulai berangkat dari Bagan Batu kecamatan Bagan Sinembah menuju lokasi. Bekisar 20-30 menit kami pun tiba di kampung tersebut dan bertemu teman yang memang sudah berjanji mengantar ke tempat tinggal Bu Elia. Erwin namanya.
Sesampainya di lokasi, bung Erwin, menunjuk sebuah arang sisa bakaran. Sepintas mirip bakaran sampah, rupanya di tempat itulah Putri mengalami insiden itu. Ya, sebuah kios (kedai sampah) yang terbakar milik Ramli Nasution yang merupakan adik ipar dari Elia. Tiba-tiba, langit yang mendung langsung menumpahkan rahmat dari sang pencipta. Kami pun berteduh di dalam rumah yang masih ditumpangi Elia dan anak-anaknya.
Tepat disebelah rumah Ramli yang juga masih di atas tanahnya, terlihat rumah sederhana sekali yang belum rampung dikerjakan. Dindingnya terbuat dari papan bekas dan sebagian terbuat dari tepas pelepah kelapa sawit. Atapnya dari seng bekas, namun belum selesai. "Dananya masih kurang,"Â terang Ramli juga menjelaskan semua itu berkat bantuan masyarakat sekitar dan berharap ada dermawan yang mau membantu untuk merampungkan rumah yang bakal ditempati Elia dan anak-anaknya. Ya, ditinggal pergi oleh kepala keluarga yang tidak meninggalkan apa-apa, memang terasa berat. Suami Elia meninggal dunia sekitar usia Putri masih 6 bulan dan diduga sakit paru-paru.
"Yang sulung, Ilham namanya. Kelas 2 Mts di Bagan Batu dan dibiayai oleh pak Samsul (warga Balai Selamat). Dua lagi di SD dan yang kembar di Paud," ungkap Elia yang memiliki 6 orang anak, 1 laki-laki dan 5 perempuan itu.
Subhanallah, meski tidak saya tanya dibiayai siapa lagi ke 4 anaknya, tapi tekad mencerdaskan anaknya saya salut. Malu, iya saya malu. Kita semua harus malu. Gak sebanding dengan kita-kita yang bisa dibilang lebih layak hidupnya jika dibandingkan dengan Elia yang bekerja sebagai buruh deres disebuah kebun karet. Hasilnya bekisar Rp.150.000/pekan. Sejak Putri mengalami musibah, Elia belum bisa bekerja seperti biasanya. Tegakah kita lihat itu kawan.!Â
Saya pun izin kepada ibu yang hebat itu untuk ambil foto. Berhubung hujan sudah reda, sekaligus saya berikan amplop titipan dari member BBK hasil beli topi ke saya dan amplop titipan seorang teman jurnalis sebuah harian, yang awalnya ingin ikut dengan saya. Namun karena sudah janji dengan irwansyah untuk berboncengan, ia pun menitip bantuannya.