Mohon tunggu...
Iloeng Sitorus
Iloeng Sitorus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup itu seperti hubungan suam istri.\r\nKadang diatas, kadang dibawah. :D

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ternyata Orang di Kota Medan(sekitarnya) itu Kaya!

24 September 2013   12:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:28 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Belakangan ini Pemerintah pusat sedang berbangga hati dengan dipamerkannya Mobil murah ramah lingkungan yang kata-kata orang LCGC itu dengan harga murah dan dinyatakan pak Mentri mobil untuk rakyat kecil, walau harganya tidak cukup untuk rakyat kecil yang hidup tidak pas-pas-an (pas lapar ada yang bisa dimakan, pas haus  pas ada minuman, pas pengen mobil pas ada ada uang, dan pas - pas-an lainnya lah). Ternyata orang Medan dan sekitarnya hingga ke daerah Riau (tempat saya tinggal) hampir setiap Keluarga masing-masing satu orang sudah mempunyai Kereta. Bayangkan harga kereta perunitnya berapa.? Hanya PT. KAI lah yang tahu persis. Padahal disetiap gang tidak ada Rel-nya tetapi Kereta yang dimaksud bisa beroperasional.

Wah..wah. Hebat kan orang Medan (dan sekitarnya)..!!

Kereta yang dimaksud disini bukan Kereta api loh sobat, melainkan Sepeda Motor. Entah dari mana awal mulanya kata "Kereta" ini muncul kepermukaan bahasa Indonesia bagian Sumatera Utara saya juga tidak tahu persis, jika dirujuk kesitus Wikipedia Kereta adalah alat transportasi untuk mengangkut barang dan orang. Mungkin begitulah awal mulanya kata tersebut dibentuk. Dulu-dulunya sih saya menduga kata "Kereta" ini digunakan diseluruh daerah Indonesia, ternyata tidak. Dan pada umumnya sering digunakan "Sepeda Motor" yang sudah barang tentu kita tahu asal kata "Motor" berasal dari import.

Kini  sedang tenar-tenarnya istilah "Jebreeet" dan lain-lainnya yang diucapkan oleh komentator sepak bola AFF U19 kemaren oleh host Valentino Simanjuntak dan komentator Abdul Harris. Juga banyak yang berkomentar tentang istilah yang anehlah, yang macam-lah. Begitu juga dengan Vicky Prasetyo dalam berbahasa yang menjadi pelesetan dalam berbahasa sehari-hari, entah itu dalam artikel, Puisi dan lain-lainnya.

Dulu, tepatnya saya kurang tahu persis. Di Sumatera tempat saya tinggal, saat masih sekolah sekitar SMP kalau tidak salah, ada perbahasaan yang nyeleneh alias tidak sesuai EYD. Tetapi kala itu sepertinya keren untuk tingkat remaja pada zaman itu. Mau tahu seperti apa yang dimaksud.? Nah, pada sebuah kata yang mempunyai suku kata ditambahkan dengan huruf konsonan "G" dan huruf vokal dari sebuah suku kata tersebut atau huruf double vokal juga harus ditambahkan dengan huruf "G". Misalnya sebagai sotoh, eh contoh : "Mau kemana.?" Akan berubah menjadi "Magaugu Kegemaganaga.?" Yang sudah paham kalimat tersebut pasti tidak heran, kecuali tidak paham sama sekali maka akan berujar dalam hati, nih bocah bahasa Alien atau gimana ya.? Hehe... Tak terkecuali bahasa banci, juga mempunyai bahasa tersendiri yang berasal entah dari bahasa mana. Contoh : "Sini = sindang, ada = adegan, berapa = berepong dan masih banyak lainnya.

Masih ada juga bahasa yang unik dan lucu tapi kurang tenar dikalangan teman sepermainan. Kata terbalik, paling kata-kata umum saja yang agak lihai saya sebutkan kala itu. Misalnya, "mau kemana?" akan menjadi "aum anamek.?" Biasanya jawabannya juga yang umum-umum, seperti "ileb kokor" beli rokok maksudnya. Mungkin kalau secara bicara, saya akan kagok dengan gaya yang seperti ini, tapi kalau nulis sih mudah-mudahan bisa deh, hehe.

Nah kembali ke persoalan orang Medan ternyata kaya. Padahal cuma PT. KAI yang punya Kereta di Pulau Jawa tapi tidak di Medan, anak sekolah, tukang becak, tukang ojek juga mempunyai Kereta. Nah kenapa orang Medan banyak yang kaya, ya karena bahasa tadi. Begitu juga dengan Pajak, dalam bahasa indonesia yang baik dan betul, kata Pajak itu tak lebih dari pengganti Upeti untuk pemerintahan. Lain hal-nya dengan di Medan sekitarnya, Pajak itu tempat orang-orang melakukan Jual-Beli. Seperti Pajak yang terkenal di Kota Pematang Siantar, Pajak Horas.

Horas Bah..!!

Iloeng Sitorus Daleh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun