Mohon tunggu...
Iloeng Sitorus
Iloeng Sitorus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup itu seperti hubungan suam istri.\r\nKadang diatas, kadang dibawah. :D

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Iloeng Sitorus, Konferensi Pers : "Saya Bukan Wartawan"

7 Mei 2014   08:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukannya selebritis ataupun publik figur yang kesohor dan terkadang sering tekor, namun demi teman-teman yang agak menjauh dengan saya walau tidak berkomentar apa-apa dan sedikit terdengar celetukan walau ada yang terang-terangan nyeletuk kalau Iloeng Sitorus ini Wartawan.


Loh kok.? Bukannya bangga disebut wartawan, malah sedih. Hiks. :(


Saya ini baru bisa menulis sejak kenal kompasiana ini. Keliatan kok dengan gaya tulisan dan susunan kata-kata yang masih awut-awutan (maklum, pelajaran bahasa indonesia disekolah dulu nilainya jebluk, cuma gurunya rada cakep aja makanya demen nih pelajaran, halah).

Awal mulanya outlet saya yang serba bisa apa saja, termasuk kirim berita para oknum wartawan yang sedikit gaptek via email juga sekalian mengetik lewat microsoft office di PC saya. Manalagi susunan kata-kata yang lebih parah awut-awutannya dari tulisan saya dikompasiana ini. Sudah barang tentu mereka-mereka itu berjam-jam berkombur ria dioutlet saya yang kecil ini namun serba bisa, heleh.

Ada lagi dugaan wartawan Riau Pos yang berteman di facebook juga di BBM saya ini wartawan, juga teman-teman sekolah dulu yang sering melihat tautan saya yang juga mengira saya ini wartawan. Duh..!!! Wartawan itu kerjanya mobile alias jalan sana jalan sini tuk mencari berita, lah saya ini punya usaha yang mempunyai waktu sedikit sekali untuk meninggalkan usaha saya untuk jalan sana jalan sini.

Ditambah lagi saya yang udah lama ngidam ama kamera type DSLR kesampaian memilikinya walau seken punya dan dibeli dengan harga kepepet, makin meyakinkan teman-teman kalau saya ini wartawan. Termasuk tulisan saya yang sering dan sudah pasti saya share di wall facebook saya, semakin meyakinkan para penggemar, eh teman-teman kalau saya ini wartawan. Melihat nama besar "kompas" yang menjadi kata dasar dari kompasiana pun dikira teman-teman saya adalah media berita "kompas". Mendapati pernyataan teman saya itu, saya hanya bisa tersenyum dan enggan untuk menjelaskan kompasiana dan kompas itu berbeda, walau satu perusahaan.

Pernah suatu ketika saya menenteng kamera DSLR bergabung dengan teman-teman setelah sebelumnya menjemput isteri dari rumah sanak saudara yang minta tolong untuk dokumentasikan diacara penabalan nama anaknya. Kontan aja diledek ama teman yang suka ceplas ceplos, " awas, wartawan kompas datang" selorohnya walau agak nyesek.

Kebanyakan, oknum wartawan didaerah itu sudah sering dicap jelek masyarakat. Karena kebanyakan perilakunya lebih sok ketimbang aparat kepolisian atau apalah itu. Atau marbulut bin jelebuk (apaan ya jelebuk.? :D ) kalau punya hutang payah untuk membayarnya, namun kalau nongkrong diwarung kopi ternama bisa berjam-jam. Bahkan saya sendiri pernah dimintai uang minum (begitulah istilahnya kalau nanduk), ketika pernah memborong areal parkir saat ada event motocros 7 tahun yang lalu. Entah apa kapasitasnya kok pagi-pagi gedor-gedor rumah, eh dibukain malah nanduk. Padahal tetangga satu RT yang sudah pasti sati RW juga. Hemm, bikin greget aja. Tapi tenang, tidak saya kasih seperak pun, apalagi ketika itu agak tumpur dikit, hehe.

Bukan tidak mungkin teman-teman merasa risih terhadap saya yang mereka pikir saya ini wartawan.

Sebagai klarifikasi, kompasiana adalah Citizen of Jurnalis, media warga dan semua opini maupun reportasenya adalah menjadi tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab kompasiana.

Sebenarnya sih ingin berkutat disunia Pers, mengingat dan menimbang, hanya yang mempunyai kartu Pers lah yang punya kapasitas mengorek informasi, misalnya informasi seputar kejahatan yang sedang diproses pihak kepolisian. Warga biasa sudah pasti tidak berhak atau lebih tepatnya tidak mempunyai kapasitas untuk mengetahui informasi itu langsung dari pihak kepolisian.

Namun saya lebih memilih menjadi blogger dikompasiana ini yang sebutannya "Kompasianer", dan blog yang pernah saya kelola dengan teman-teman namun kini sering vakum. Karena tidak memiliki waktu yang luang untuk menggali informasi didaerah saya.

Sekedar penjelasan singkat dari saya untuk teman-teman di facebook dan di daerah saya, agar kiranya tidak menganggap saya ini sebagai wartawan yang menjadikan mereka menjadi dingin seolah-olah pembicaraan mereka akan dijadikan berita dimedia kompas(iana) ini. Duh, mohon maaf om admin kalau konferensi pers ini terlalu singkat untuk kategori tulisan. Mohon maaf juga kepada awak media (wartawan), bukan maksud merendahkan profesi tuan-tuan, namun itulah kenyataan dilapangan, banyak yang enggan berteman dengan oknum wartawan yang sok, marbulut, dan terlalu menggadang-gadangkan profesinya, seolah-olah hebat dari siapa pun, terlebih warga biasa. Sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Salam kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun