Mohon tunggu...
Iloeng Sitorus
Iloeng Sitorus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup itu seperti hubungan suam istri.\r\nKadang diatas, kadang dibawah. :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mau Jadi Buruh Bongkar Bisa Kena Puluhan Juta.?

6 November 2014   01:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:31 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi hidup susah itu bukan pilihan, namun menjadi buruh bongkar muat barang, tentu bisa jadi pilihan alternatif demi sesuap nasi dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Lalu bagaimana caranya menjadi buruh.? Cukup sulit dizaman yang serba mahal ini, karena Serikat Buruh sudah cukup kuota anggota pekerjanya.

Serikat Buruh Bongkar di daerah penulis adanya cuma satu, yakni Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) F- SPTI (Federasi - Serikat Pekerja Transport Indonesia), untuk menjadi anggota pekerja di PUK (Pimpinan Unit Kerja) ketika PUK baru saja dibentuk, tentu tidak akan banyak kendala, seperti biaya administrasi dan lain sebagainya, mengingat Serikat juga butuh anggota, jadi kelancaran mengurus menjadi anggota akan sangat gampang.

Lalu bagaimana jika PUKnya sudah lama terbentuk dan kuota anggotanya sudah mencapai batas maksimal.? Jawabannya adalah, dengan membeli kepesertaan anggota yang sudah terdaftar. Biasanya anggota yang sudah terdaftar ingin mencoba peruntungan usaha lain, atau sudah terlalu capek fisiknya untuk menjadi buruh bongkar muat barang, maka dari itulah ada transaksi jual beli kepesertaan anggota SPSI tersebut.

Lantas semahal itukah (puluhan juta) biaya kepesertaan anggota SPSI.?

Menurut salah satu sumber, di PUK Kota tempat penulis tinggal, anggota SPSI yang terdaftar di keanggotaannya tidak bersusah payah banting tulang peras keringat untuk menghasilkan uang, cukup diserapkan saja keorang lain yang mau bekerja bongkar barang dari truk expedisi ke Toko-toko yang terdapat di Kota Kecil ini. Loh..!!! kok..!!

Lantas profit yang didapat anggota yang terdaftar dari mana.? Untuk kalkulasi perhitungan profit atau pendapatan, sepertinya penulis kurang memahami. Tapi pendapatan bersih yang diterima anggota yang terdaftar terbilang cukup menggiurkan, tanpa kerja banting tulang dan peras keringat, kurang lebih pendapatan perbulannya sekitar Rp. 4.000.000. Duh, tanpa kerja keras dan banting tulang saja bisa mencapai angka diatas UMP DKI, atau melebihi penghasilan pengusaha kecil yang modalnya cukup modal madil.

Informasi pendapatan ini penulis dapat dari nara sumber (teman), yang kini mertuanya sudah memiliki kartu anggota dengan cara membeli yang saya sebutkan diatas. Berapakah harga kartu anggota tersebut.? ternyata angkanya cukup fantastis untuk seorang buruh yang butuh uang demi kelangsungan hidup, yakni sebesar Rp. 65.000.000, (Enam puluh lima juta rupiah) WOW..!!!

Tidak jauh-jauh, tetangga penulis baru sepekan ini juga baru membeli kartu anggota SPSI dari orang lain yang masih satu kampung beda RT/RW. Namun PUKnya tidak berada di kota, melainkan PUK yang baru 2-3 tahun ini terbentuk dan markas PUKnya juga tidak jauh dari tempat jualan penulis berada. Angka dari harga jual beli kartu anggota hanya dan cuma Rp. 11.000.000, saja. Cukup kecil bagi seorang cukong, namun cukup besar bagi calon seorang buruh bongkar muat barang. Di PUK ini, sepertinya belum diterapkan atau diperbolehkan kerja diserapkan orang lain. Mau tidak mau, modal yang belasan juta Rupiah tersebut akan lama kembali modalnya dikarenakan biaya kebutuhan hidup.

Menurut beberapa anggota SPSI yang terdaftar, uang sebanyak itu tidak serta merta diterima sipenjual kartu anggota, melainkan ada biaya administrasi yang diterapkan pengurus PUK. Konon biaya administrasi sekitar Rp. 5.000.000 - Rp. 6.000.000. Cukup mencekik leher bukan..?? biaya Administrasi untuk peras keringat dan banting tulang segeda itu, namun kok tetap aja ya diburu..

Salam Peras Keringat aja deh, dan banting tulang (bukan Tulang Sitorus ya, tapi tulang beneran)

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun