Mohon tunggu...
ILMU KOMUNIKASI 3A3 (3T)
ILMU KOMUNIKASI 3A3 (3T) Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

Berita ditulis oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Semester 3 yang mengajak pembaca untuk menjelajahi pesona Sidoarjo, kota yang dikenal dengan keindahan alam dan budayanya yang kaya. Dalam berita ini, kami membahas berbagai destinasi menarik yang bisa dikunjungi, mulai dari wisata alam, kuliner khas, hingga tempat sejarah yang menggugah rasa ingin tahu. Sidoarjo tidak hanya terkenal dengan kerupuknya, tetapi juga menyimpan berbagai spot menarik seperti Taman Sidoarjo, Delta Plaza, dan situs bersejarah yang patut untuk dikunjungi. Dengan penjelasan mendetail dan rekomendasi yang informatif, kami berharap dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk menjelajahi kota ini dan menikmati keunikannya. Dengan gaya penulisan yang komunikatif, berita ini tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga mengajak pembaca merasakan pengalaman langsung menjelajahi Sidoarjo. Mari bersama-sama menjadikan Sidoarjo sebagai destinasi wisata pilihan!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi peninggalan Majapahit, Beginilah Sejarah Terbentuknya Candi Pari!

24 Oktober 2024   20:35 Diperbarui: 25 Oktober 2024   09:01 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dina Novitasari - Kam, 24 Oktober 2024

Kota Sidoarjo memiliki peran yang cukup penting pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukanya berbagai situs dan benda cagar budaya di beberapa wilayah di Kota Delta.

Salah satu situs yang dapat dijumpai hingga saat ini yaitu Candi Pari. Yang terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong. Atau sekitar 8 kilometer dari arah pusat kota.

Menurut batu yang tertulis di atas gerbang, Candi ini dibangun pada tahun 1293 saka atau 1371 Masehi. Pada saat, itu Majapahit berada pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.

Penjaga Wisata Candi Pari, Semin menjelaskan, pada zaman dahulu terdapat seorang perjaka yang menanam padi dengan hasil yang melimpah. "Namanya Joko Pandelegan dan isterinya, ia menanam padi hingga menghasilkan padi yang sangat melimpah, lalu Raja Hayam Wuruk mngetahui hal tersebut dan menyuruh adipatinya untuk memanggil ke kerajaan," jelasnya.

Meski ia mendapatkan panggilan dari raja, mereka tidak mau datang. Sehingga Raja Hayam Wuruk datang secara langsung ke lokasi tersebut. Akan tetapi Joko Pandelegan tidak menerima permintaan tersebut. Sehungga ia bersembunyi di tengah-tengah tumpukan padi pada panangan itu. Dan sewaktu sang patih berusaha  menangkap dan engepung tempat itu, menghilanglah Joko Pandelegan hilang tanpa ada kejelasan. Akhirnya tumbuhan padi terlihat melimpah oleh Raja Hayam Wuruk. Karena itu untuk mengenang hilangnya Joko Pandelegan itulah Candi Pari tersebut dibangun.

Candi Pari itu berbentuk bangunan bersegi empat yang terbuat dari batu bata dan sebuah pintu yang menghadap ke arah barat. Secara keseluruhan Candi Pari terbuat dari batu bata, hanya ada beberapa bagian yang dibuat dari batu andesit. Kaki candi terdiri dari dua bagian. Pertama berbentuk bujur sangkar mempunyai dua anak tangga termasuk ke arah pintu candi dari arah utara ke selatan dan sebaliknya. Pada salah satu sisinya terdapat tangga naik menuju ke bilik candi. Badan candi berbentuk bujur sangkar, sedangkan pintu masuk candi berbentuk segi empat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun