Santri sering dikenal sebagai kaum sarungan yang setiap harinya berjibaku dengan pengabdian kepada agama dan menampakkan citra kesalehan sosial di masyarakat. Santri adalah kelompok masyarakat yang dengan berbekal ketaatan kepada kiai, ia senantiasa berusaha hadir membimbing masyarakat dan menjadi corong suara masyarakat. Santri adalah pihak yang senantiasa melakukan amar ma'ruf dan nahi 'an al-munkar.
Pedoman yang dimiliki oleh santri adalah thaat kepada Allah SWT, taat pada Rasulullah SAW dan thaat kepada ulil amri, yaitu pemerintah dengan berbekal pengetahuan agamanya dengan tetap memperhatikan landasan pedoman yang sudah disepakati oleh para ulama'.
Sebagai corong masyarakat, santri harus mampu menjadi tali penyambung jurang informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan pengetahuan yang luas serta pemahaman terhadap nilai-nilai keagamaan, kenegaraan, kebangsaan dan sosial. Tanpa kesadaran sikap, pengetahuan dan pemahaman ini, maka santri justru akan menjadi sumber penyebab semakin melebarnya jurang informasi antara negara dan warga.
Ia bisa menjadi bumerang bagi pemerintah, atau bahkan sebaliknya, menjadi blunder bagi warga yang diwakilinya. Seorang santri harus tetap berada di posisi tengah (tawassuth). Negara ini ada dan dibangun dengan relasi hubungan antara nasionalisme umara' dan sikap keagamaan kaum santri. Untuk itu, stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara harus tetap senantiasa menjadi perhatiannya.
Stabilitas pemerintahan dapat membawa akibat pada fokusnya pemerintah dalam menjalankan amanah undang-undang dasar 1945 dan Pancasila. Stabilitas pemerintahan juga dapat memicu tumbuhnya ekonomi di berbagai daerah. Pengamalan keagamaan dan sikap toleransi sosial hanya ada pada negara yang damai serta tidak dirundung konflik. Inilah tugas terberat dari santri selaku volunteer dari pemerintah dan masyarakat.
Lalu apa tugas santri ?
Mempersiapkan diri selama di pesantren untuk siap terjun di masyarakat yang majemuk. Dan itu dengan mendalami ilmu agama sedalam-dalamnya dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dakwah agar bisa diterima masyarakat perkotaan misalnya. Itu tidak ada jalan kecuali dengan memiliki ilmu yang spesialis juga memmiliki wawasan yang luas, memperbanyak hubungan dengan berbagai pihak itu juga sebuah persiapan menghadapi kehidupan yang sangat kompleks.
Ya, intinya bagaimana agar santri menjadi orang-orang yang bermanfaat, bisa memberi solusi, memecahkan masalah atas problem-problem kehidupan di masyarakat yang semakin lama semakin rumit, bukan justru sebaliknya, menjadi sumber masalah kehidupan itu sendiri. maka, santri harus rajin belajar, rajin ibadah, rajin bekerja, harus senantiasa mencerdaskan dirinya dengan sansntiasa tidak berhenti belajar.
santri harus merasa bangga bahwa dirinya menjadi santri. Bahwa Indonesia sebagai sebuah negara yang didirikan atas peran para santri dan kiai, itu member peluang sangat besar kepada santri-santri yang memiliki kecerdasan, keterampilan, untuk menempati pos-pos penting di negara ini.
Santri bisa menjadi camat, bisa menjadi bupati, gubernur, bahkan santri di Indonesia pernah menjadi presiden seperti KH Abdurrahman Wahid dan kita saat ini berharap agar KH Ma'ruf Amin sebagai alumnus pesantren, sebagai santri yang telah malang-melingtang di dunia politik juga menempati posisi penting sebagai wakil presiden. Itu sekadar contoh bawah santri tak boleh minder.
Dengan spirit ini maka Santri jelas mendapat tantangan dari kelompok yang anti terhadap nasionalisme. Santri dianggap ganjalan dan batu sandungan bagi kelompok gerakan Islam transnasional yang masih menginginkan berdirinya negara Islam dan menjadikan Indonesia sebagai bagian imperium kekhalifahan Islam internasional.