Mohon tunggu...
Muhammad arifiyanto
Muhammad arifiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Wirausaha yang menyalurkan hobinya dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Warisan

15 Agustus 2024   06:13 Diperbarui: 15 Agustus 2024   06:17 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rumah Warisan

Di sebuah desa kecil bernama Pandan Asri, berdiri sebuah rumah tua penuh kenangan yang telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa. Rumah itu dulunya milik Pak Wiryo, seorang tokoh masyarakat yang dihormati. Setelah Pak Wiryo meninggal, rumah tersebut diwariskan kepada kedua anaknya, Angga dan Bima. Sayangnya, bukannya menjaga warisan itu bersama, Angga dan Bima justru berseteru memperebutkan rumah itu.

Perseteruan dimulai saat Pak Wiryo meninggal tanpa meninggalkan wasiat tertulis. Angga, anak sulung yang merasa berhak atas rumah itu, mengklaim bahwa ayahnya pernah berjanji secara lisan bahwa rumah itu akan menjadi miliknya. Bima, adik Angga, merasa tidak adil karena ia juga berhak atas rumah tersebut. Awalnya, mereka berusaha menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, namun lama kelamaan, perselisihan semakin memanas.

Perseteruan ini tidak hanya melibatkan Angga dan Bima, tetapi juga keluarga dan para tetangga mereka. Kubu Angga dan kubu Bima terbentuk, masing-masing saling menyerang dengan kata-kata tajam dan fitnah. Konflik ini mempengaruhi seluruh desa, menciptakan atmosfer ketegangan yang terus-menerus.

Suatu malam, terjadi insiden yang memicu perang saudara di desa itu. Anak Angga, Rudi, yang sedang bermain di halaman rumah tua, diserang oleh salah satu pendukung Bima. Rudi mengalami luka parah dan harus dirawat di rumah sakit. Angga yang marah besar menganggap Bima bertanggung jawab atas insiden ini.

Sejak insiden tersebut, kedua kubu mulai melancarkan serangan balasan. Pertikaian yang tadinya hanya berupa adu mulut, kini berubah menjadi kekerasan fisik. Pendukung Angga dan Bima saling menyerang dengan senjata tajam dan benda-benda keras. Banyak orang yang terluka, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa.

Desa Pandan Asri berubah menjadi medan perang. Setiap sudut desa dipenuhi oleh rasa takut dan ketidakpastian. Meskipun banyak korban berjatuhan, dunia luar tampaknya tidak peduli. Pemerintah setempat hanya menonton dari jauh tanpa mengambil tindakan yang berarti untuk menghentikan konflik ini.

Di tengah kekacauan, seorang tokoh masyarakat bernama Pak Rahmat mencoba menjadi penengah. Pak Rahmat adalah sahabat lama Pak Wiryo dan dihormati oleh penduduk desa. Dia mengajak kedua belah pihak untuk berdamai dan mencari solusi bersama. Namun, upayanya selalu gagal karena kebencian yang sudah begitu mendalam di antara Angga dan Bima.

Pak Rahmat kemudian berusaha menghubungi media dan pemerintah untuk menarik perhatian mereka terhadap konflik ini. Sayangnya, berita tentang konflik di desa kecil seperti Pandan Asri tidak menarik perhatian dunia luar. Pak Rahmat yang putus asa akhirnya memutuskan untuk menulis surat terbuka yang ia sebarkan ke berbagai media sosial.

Surat terbuka Pak Rahmat sempat viral di media sosial, tetapi perhatian yang diberikan hanya sebentar. Dunia tampaknya terlalu sibuk dengan masalah lain yang dianggap lebih penting. Desa Pandan Asri tetap dalam bayang-bayang konflik tanpa ada yang benar-benar peduli.

Di tengah keputusasaan, Pak Rahmat tidak menyerah. Ia terus berusaha mencari jalan keluar. Suatu hari, ia mendapatkan ide untuk mengundang seorang mediator profesional dari luar desa. Dengan bantuan beberapa relawan, Pak Rahmat berhasil mendatangkan seorang mediator dari kota

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun