Pendahuluan
Konflik adalah suatu situasi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih memiliki perbedaan pandangan, kepentingan, atau tujuan yang saling bertentangan (Hadi 2024). Resolusi konflik sangat penting karena dapat membantu menyelesaikan konflik secara damai dan mencegah eskalasi yang lebih buruk. Tanpa resolusi yang tepat, konflik dapat berdampak negatif pada hubungan interpersonal, organisasi, dan masyarakat secara lebih luas. Resolusi konflik juga penting dalam menciptakan lingkungan yang harmonis, mempromosikan kerjasama, dan memperbaiki kualitas hidup individu dan komunitas. Dengan resolusi yang efektif, konflik dapat menjadi peluang untuk belajar, tumbuh, dan mencapai pemahaman yang lebih baik antara berbagai pihak yang terlibat (Mahmudah, H. 2021).
Dalam buku "Analysing Social Conflict", Louis Kriesberg, seorang ahli terkemuka dalam studi konflik sosial, menawarkan wawasan yang mendalam tentang dinamika konflik dan strategi untuk menganalisis serta mengelolanya secara efektif. Kriesberg menekankan pentingnya memahami lingkungan sosial yang beragam dan bagaimana lingkungan ini dapat memicu konflik, serta mengeksplorasi kondisi yang diperlukan untuk mencapai hubungan manusia yang damai.
Salah satu kontribusi utama buku ini adalah penekanan pada dampak signifikan konflik sosial terhadap keamanan nasional. Kriesberg menggarisbawahi kebutuhan akan sistem pencegahan dan manajemen konflik yang komprehensif dan dilembagakan untuk mengurangi efek negatif konflik. Selain itu, buku ini juga menyoroti peran media dalam membentuk dan memengaruhi konflik sosial, serta menyarankan pendekatan interdisipliner dalam menganalisis konflik dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti perilaku audiens dan masalah memori.
Konflik dapat di de-eskalasi dengan berbagai metode. Mediasi adalah proses yang melibatkan pihak ketiga netral yang membantu pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Dalam mediasi, mediator bertujuan untuk membantu pihak-pihak mengeksplorasi perbedaan mereka, mengidentifikasi kepentingan bersama, dan mencari solusi win-win. Mediator menggunakan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah untuk membantu meredakan ketegangan dan memfasilitasi negosiasi yang adil dan adil. Negosiasi adalah proses bersama di mana pihak-pihak yang terlibat dalam konflik berusaha mencapai kesepakatan melalui diskusi dan kompromi.
Dalam negosiasi, setiap pihak mengemukakan kepentingan dan tujuannya, dan berupaya menemukan titik tengah yang dapat diterima oleh semua pihak (W. Wardiana 2024). Negosiasi yang berhasil membutuhkan kemampuan mendengarkan yang baik, saling pengertian, dan kemandirian dalam mencapai hasil yang saling menguntungkan. Arbitrase adalah proses di mana pihak ketiga netral yang disebut arbiter dipanggil untuk memutuskan sengketa antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Arbiter menggunakan bukti dan argumen yang disampaikan oleh pihak-pihak untuk membuat keputusan yang mengikat. Keputusan arbiter biasanya bersifat final dan mengikat, bahkan jika salah satu pihak mungkin tidak sepenuhnya setuju.
Kolaborasi melibatkan kolaborasi aktif antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan. Kolaborasi melibatkan kerja sama, saling percaya, dan pembagian kekuasaan antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam kolaborasi, pihak-pihak bersama-sama berusaha mencapai tujuan bersama dan saling mendukung untuk mencapai hasil yang positif. Dalam keseluruhan, resolusi konflik adalah langkah penting untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis.
Dengan mengadopsi metode resolusi konflik yang tepat, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik, meningkatkan kerjasama, dan mencapai pemahaman yang lebih baik di antara pihak-pihak yang terlibat. Penting untuk diingat bahwa setiap konflik adalah kesempatan untuk tumbuh dan belajar, dan dengan resolusi yang efektif, kita dapat mengubah konflik menjadi peluang untuk pertumbuhan pribadi dan kemajuan komunitas secara keseluruhan. Maka dari itu penulis ingin mereview buku terkait konflik yang terjadi di nasional dan internasional melalui buku dan jurnal serta menganalisis menggunakan Analysing social conflict oleh Kriesberg.
1.Understanding Violance In Southeast Asia The Contribution Of Violent Incident Monitoring System oleh Patrick Barron, Anders Engvall, Adrian Morel
2.Konflik dan Perubahan Sosial pada Komunitas Nelayan dan Pedesaan di Indonesia oleh Prof. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA
3.Konflik perusahaan-masyarakat di sektor perkebunan industri Indonesia oleh Meri Persch-Orth dan Esther Mwangi
Pembahasan
Buku 1
Understanding Violance In Southeast Asia The Contribution Of Violent Incident Monitoring System (Patrick Barron - Anders Engvall - Adrian Morel)
Buku ini membahas pengembangan sistem pemantauan kekerasan milik lokal di Asia hal ini mencakup dampak kekerasan subnasional di Indonesia, Filipina, dan Thailand, serta karakteristik kekerasan di daerah-daerah, selain itu juga menyelidiki sistem pemantauan insiden kekerasan di Indonesia, Filipina, dan Thailand, menyoroti pentingnya menggunakan sumber-sumber lokal dan definisi kekerasan yang luas. Kolaborasi antara The Asia Foundation, International Development Research Center, dan Departemen Pembangunan Internasional Inggris diakui dalam jurnal
Fokus buku
Buku ini berfokus pada pengembangan sistem pemantauan kekerasan milik lokal di Asia, khususnya di Indonesia, Filipina, dan Thailand menyoroti dampak kekerasan subnasional di negara-negara ini dan evolusi kekerasan di daerah konflik pasca-konflik dan subnasional. Pentingnya menggunakan sumber-sumber lokal dan definisi kekerasan yang luas ditekankan dalam jurnal. Kolaborasi antara The Asia Foundation, International Development Research Center, dan Departemen Pembangunan Internasional Inggris diakui dalam jurnal
Tujuan Kolaborasi:
1.Kolaborasi antara The Asia Foundation, International Development Research Center, dan Departemen Pembangunan Internasional Inggris bertujuan untuk mendukung pengembangan sistem pemantauan kekerasan yang dimiliki secara lokal di Asia, khususnya di Indonesia, Filipina, dan Thailand.
2.Kolaborasi ini juga berfokus pada peningkatan pengumpulan data dan pemahaman tentang konflik dan kekerasan di wilayah tersebut, mengatasi isu-isu kritis yang mempengaruhi Asia di abad ke-21.
Buku ini memperkenalkan Sistem Pemantauan Insiden Kekerasan (VIMS) di Indonesia, Filipina, dan Thailand, menyoroti Sistem Pemantauan Kekerasan Nasional (NVMS), Sistem Pemantauan Konflik Bangsamoro (BCMS), dan Deep South Incident Dataset (DSID). perlunya mengembangkan VIMS karena kekerasan di Asia Tenggara, kumpulan data yang ada, kurangnya pelaporan tingkat kekerasan, pentingnya sumber lokal, dan keuntungan dari definisi kekerasan yang luas. Bab ini juga mencakup pola kekerasan di daerah konflik subnasional, menekankan dampak kekerasan, karakteristik kekerasan, dan evolusi kekerasan di daerah pasca-konflik dan non-transisi (Patrick Barron, 2016).
Insiden Kekerasan di Asia Tenggara
1.Kekerasan subnasional, termasuk konflik bersenjata yang mencari pemisahan diri atau otonomi, telah lazim di Asia Tenggara sejak tahun 1970-an.
2.Asia Foundation bekerja sama dengan organisasi lain untuk mengembangkan Sistem Pemantauan Kekerasan di Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk mengatasi kurangnya laporan dampak kekerasan di wilayah tersebut
3.Kolaborasi bertujuan untuk memahami pola kekerasan di daerah konflik subnasional dan pendorong kekerasan melalui analisis multivariat
Kekerasan Subnasional di Asia Tenggara
Kekerasan subnasional di Asia Tenggara mengacu pada konflik bersenjata di mana kelompok-kelompok mencari pemisahan diri atau otonomi yang lebih besar, terutama terjadi di daerah pinggiran yang jauh dari ibu kota dan pusat ekonomi. Konflik ini telah menjadi bentuk utama konflik bersenjata di wilayah tersebut sejak berakhirnya perang Indocina pada 1970-an, mempengaruhi enam negara di Asia Tenggara. Asia Foundation bekerja sama dengan organisasi lain untuk mengembangkan Sistem Pemantauan Kekerasan di Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk mengatasi kurangnya laporan dampak kekerasan di wilayah tersebut, dengan fokus pada kekerasan subnasional.
Alasan Utama Konflik Subnasional di Asia Tenggara
Konflik subnasional di Asia Tenggara didorong oleh faktor-faktor seperti keluhan terkait pemisahan diri atau tuntutan otonomi di daerah pinggiran yang jauh dari pusat-pusat ekonomi. Konflik ini sering berasal dari kesenjangan historis, politik, dan sosial-ekonomi, yang menyebabkan ketegangan dan kekerasan. Isu-isu yang berkaitan dengan tata kelola, hukum, pembangunan ekonomi, pemberdayaan perempuan, dan masalah lingkungan juga berkontribusi pada eskalasi kekerasan di wilayah ini.
Buku 2
Konflik dan Perubahan Sosial pada Komunitas Nelayan dan Pedesaan di Indonesia
(Prof. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA)
-Buku ini membahas konflik sosial dan perubahan sosial dalam komunitas nelayan dan daerah pedesaan di Indonesia, menekankan konflik kelas di antara nelayan berdasarkan hubungan dengan alat-alat produksi. konflik adalah gejala masalah sosial dan harus diselesaikan melalui cara tanpa kekerasan untuk menghindari hasil yang merusak
Konflik Komunitas Perikanan dan Pedesaan
Konflik sosial di komunitas nelayan dan daerah pedesaan di Indonesia beragam, melibatkan isu-isu seperti konflik kelas, perang peralatan, konflik komunal, dan konflik yang berkaitan dengan etnis dan agama. Konflik ini sering dipicu oleh perubahan sosial, seperti modernisasi alat penangkapan ikan, kebijakan pemerintah, keterlibatan perusahaan dalam eksploitasi sumber daya alam, dan pengembangan pariwisata. Komunikasi memainkan peran penting dalam konflik sumber daya dan lingkungan dalam komunitas pesisir, menyoroti pentingnya strategi komunikasi yang efektif dalam resolusi konflik. Buku "Konflik Nelayan" oleh Kinseng RA membahas konflik dalam komunitas nelayan, menekankan perlunya resolusi konflik tanpa kekerasan untuk mengatasi masalah sosial yang mendasarinya
Dalam bab 2 membahas prevalensi konflik sosial dalam komunitas nelayan dan daerah pedesaan di Indonesia, sering meningkat menjadi konflik kekerasan dan destruktif. Konflik biasanya berakar pada perubahan sosial seperti modernisasi alat penangkapan ikan dan intrusi perusahaan ke daerah pedesaan, yang menyebabkan bentrokan antara kelas nelayan yang berbeda. Memahami dinamika konflik ini sangat penting untuk mencegah konsekuensi parah dan melindungi mata pencaharian dan kesejahteraan anggota Masyarakat (Prof. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, 2022).
Teori Konflik
Teori konflik, yang berakar pada karya-karya Karl Marx, berfokus pada kepentingan antagonis antara kelas-kelas sosial, khususnya konflik antara kelas kapitalis dan kelas pekerja. Ini menekankan bahwa konflik sosial muncul dari perjuangan untuk sumber daya dan kekuasaan yang langka, yang mengarah pada bentrokan antara individu atau kelompok dengan tujuan yang tidak sesuai. Dalam komunitas nelayan dan daerah pedesaan di Indonesia, konflik sosial beragam dan melampaui konflik kelas, melibatkan berbagai faktor penentu sosial seperti ras, etnis, budaya, dan agama. Memahami teori konflik sangat penting dalam menganalisis konflik sosial multifaset dalam komunitas ini dan mengatasi penyebab konflik yang mendasari secara efektif.
Teori Perubahan Sosial
Teori perubahan sosial mengeksplorasi penyebab dan mekanisme di balik transformasi sosial, dengan fokus pada pemahaman faktor-faktor yang mendorong perubahan sosial. Teori perubahan sosial sangat penting dalam menganalisis konflik dalam komunitas, karena membantu dalam mengidentifikasi akar penyebab konflik yang dipicu oleh transformasi sosial. Sarjana seperti Steven Vago menekankan pentingnya teori perubahan sosial dalam memahami perubahan sosial dan dampaknya pada berbagai aspek Masyarakat. Teori deprivasi relatif adalah konsep kunci dalam teori perubahan sosial, menyoroti bagaimana ketidaksetaraan sosial dapat menyebabkan gerakan dan konflik sosial.
"The Palgrave Handbook of Social Movements, Revolution, and Social Transformation" oleh Berberoglu memberikan gambaran komprehensif tentang gerakan sosial dan peran mereka dalam perubahan sosial, menggali kompleksitas transformasi sosial, menawarkan wawasan tentang dinamika revolusi dan dampaknya terhadap Masyarakat. Selain itu, buku ini membahas konsep teori deprivasi relatif, menjelaskan bagaimana ketidaksetaraan sosial dapat mendorong gerakan dan konflik sosial. Steven Vago menekankan pentingnya teori perubahan sosial dalam memahami perubahan sosial dan implikasinya. Secara keseluruhan, buku ini menawarkan perspektif berharga tentang gerakan sosial, revolusi, dan mekanisme transformasi sosial, menjadikannya kontribusi yang signifikan untuk bidang sosiologi
Buku 3
Konflik perusahaan-masyarakat di sektor perkebunan industri Indonesia (Meri Persch-Orth dan Esther Mwangi)
Studi yang dilakukan oleh Meri Persch-Orth dan Esther Mwangi mengenai konflik antara perusahaan dan masyarakat di sektor perkebunan industri di Indonesia memberikan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas konflik yang terjadi. Penelitian ini menyoroti bahwa persaingan klaim lahan menjadi pemicu utama konflik, terutama di daerah Sumatra dan Kalimantan. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa konflik sering kali eskalatif dan tidak produktif, dengan adanya protes fisik, intimidasi, dan keterlibatan satuan pengaman yang meningkatkan kemungkinan kekerasan.
Resolusi konflik dilakukan melalui berbagai cara seperti mediasi, negosiasi, pengadilan, serta melalui lembaga seperti RSPO dan IFC CAO. Namun, terdapat tantangan dalam penyelesaian konflik, seperti kurangnya dialog, kepentingan pihak luar, dan mobilisasi satuan pengaman yang dapat memperumit proses resolusi.
Langkah-langkah yang disarankan untuk mengakhiri konflik antara masyarakat dan perusahaan termasuk komitmen tertulis, pemetaan lahan sengketa, inisiasi misi atau tim pencari fakta, konsesi dari perusahaan, dan penghentian operasional sementara. Keanggotaan RSPO juga dianggap dapat membantu dalam menyelesaikan konflik, namun perlu diakui bahwa konflik yang melibatkan korban sering terjadi di perkebunan yang tidak terasosiasi dengan inisiatif keberlanjutan internasional.
Dalam konteks penyelesaian konflik, penting untuk terus melakukan penelitian lebih lanjut guna memahami mengapa kesepakatan konflik seringkali gagal dan untuk mengevaluasi prosedur standar operasional perusahaan dalam menangani konflik. Upaya de-eskalasi konflik antara perusahaan dan masyarakat termasuk intervensi pemerintah dan inisiasi dialog. Ini penting untuk mencegah spiral eskalasi konflik yang dapat berujung pada kekerasan dan untuk mencapai resolusi damai dari sengketa.
Penyebab konflik antara perusahaan dan masyarakat di sektor perkebunan industri di Indonesia umumnya terkait dengan perampasan lahan (land grabbing), kurangnya persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan, dihiraukannya klaim hak adat, perusakan pepohonan dan tanaman pangan, tidak memadainya kompensasi, pembagian manfaat yang tidak adil, serta polusi yang memengaruhi masyarakat lokal. Selain itu, keterlibatan eksternal seperti LSM, partai politik, dan pialang lahan juga dapat menjadi penyebab konflik dengan tujuan mencapai kepentingan mereka sendiri.
Analysing social conflict oleh Kriesberg
Menganalisis konflik sosial, seperti yang dibahas oleh Kriesberg, melibatkan pemahaman lingkungan sosial yang beragam yang menghasilkan konflik, mengeksplorasi kondisi untuk hubungan manusia yang damai, dan menggali strategi resolusi konflik. Konflik sosial sering berakar pada perjuangan atas sumber daya yang terbatas, status sosial, dan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Dampak konflik sosial terhadap keamanan nasional sangat signifikan, dengan kebutuhan akan sistem pencegahan yang kompleks dan manajemen publik yang dilembagakan untuk mengurangi efek konflik. Media memainkan peran penting dalam membentuk konflik sosial, dengan kesenjangan dalam penelitian menyoroti kompleksitas mempelajari konflik di lingkungan media. Analisis konflik harus mempertimbangkan perilaku audiens, masalah memori, dan pendekatan interdisipliner untuk memahami esensi konflik sosial di media. Memahami dinamika konflik sangat penting untuk mengatasi disintegrasi sosial dan mempromosikan stabilitas sosial
Berdasarkan ringkasan yang diberikan, Kriesberg dalam bukunya "Analysing Social Conflict" membahas beberapa aspek penting terkait analisis konflik sosial, antara lain:
1.Memahami lingkungan sosial yang beragam yang menghasilkan konflik sosial.
2.Mengeksplorasi kondisi untuk hubungan manusia yang damai.
3.Menggali strategi resolusi konflik.
4.Konflik sosial sering berakar pada perjuangan atas sumber daya yang terbatas, status sosial, dan distribusi kekuasaan dalam masyarakat.
5.Dampak konflik sosial terhadap keamanan nasional sangat signifikan, dengan kebutuhan akan sistem pencegahan yang kompleks dan manajemen publik yang dilembagakan untuk mengurangi efek konflik.
6.Media memainkan peran penting dalam membentuk konflik sosial, dengan kesenjangan dalam penelitian menyoroti kompleksitas mempelajari konflik di lingkungan media.
7.Analisis konflik harus mempertimbangkan perilaku audiens, masalah memori, dan pendekatan interdisipliner untuk memahami esensi konflik sosial di media.
Secara keseluruhan, Kriesberg menekankan pentingnya memahami dinamika konflik sosial secara mendalam untuk mengatasi disintegrasi sosial dan mempromosikan stabilitas sosial melalui analisis yang komprehensif.
Catatan Akhir
Catatan akhir dari rangkuman tersebut adalah bahwa pemahaman konflik, metode resolusi konflik, dan analisis konflik sosial sangat penting dalam membangun lingkungan yang harmonis, mencegah eskalasi konflik yang lebih buruk, dan mempromosikan stabilitas sosial. Melalui pembacaan, analisis, dan review referensi tentang konflik, individu dapat belajar bagaimana mengelola konflik secara efektif, mencegah konflik yang merugikan, dan memperbaiki kualitas hidup individu dan komunitas. Dengan pemahaman yang mendalam tentang konflik dan strategi resolusinya, konflik dapat diubah menjadi peluang untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan pemahaman yang lebih baik antara pihak yang terlibat.
1.Konflik dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti komunitas nelayan, perkebunan industri, dan konflik subnasional, serta melibatkan pihak-pihak dengan kepentingan yang beragam. Memahami konteks spesifik konflik sangat penting untuk menentukan strategi resolusi yang tepat.
2.Resolusi konflik yang efektif membutuhkan pemahaman mendalam tentang akar penyebab konflik, baik itu faktor ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Analisis teori-teori seperti teori konflik dan teori perubahan sosial dapat memberikan wawasan yang berharga dalam hal ini.
3.Pendekatan resolusi konflik yang berbeda, seperti mediasi, negosiasi, arbitrasi, dan kolaborasi, memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Pemilihan pendekatan yang tepat tergantung pada sifat dan konteks konflik.
4.Keterlibatan pihak ketiga netral, seperti mediator atau lembaga resolusi konflik, dapat memfasilitasi dialog, membangun kepercayaan, dan membantu pihak-pihak yang berkonflik menemukan solusi yang saling menguntungkan.
5.Komunikasi yang efektif dan strategi de-eskalasi, seperti penghentian kekerasan dan pencarian solusi win-win, sangat penting untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih lanjut dan memfasilitasi resolusi damai.
6.Resolusi konflik yang berkelanjutan tidak hanya mengatasi konflik itu sendiri tetapi juga mempromosikan rekonsiliasi, pemulihan, dan pencegahan konflik di masa depan melalui pendekatan yang holistik.
Reference
Hadi, H., Suprapto, S., Djuita, W., & Muhtar, F. (2024). Mengintegrasikan Pendidikan Multikultural dalam Upaya Resolusi Konflik Etnis. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 9(1), 148-159. unram.ac.id
Prof. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, M. (2022). Konflik dan Perubahan Sosial pada Komunitas Nelayan dan Pedesaan di Indonesia. Bogor, Indonesia: Graha Widya Wisuda Institut Pertanian Bogor
Mahmudah, H. (2021). Pendidikan Agama Islam untuk Resolusi Konflik dan Perdamaian. Kreatif: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama Islam, 19(2), 89-100. iaimbima.ac.id
Kriesberg, Louis. Analysing Social Conflict. Sage Publications, 2007
Persch-Orth, M., & Mwangi, E. (2016). Konflik perusahaan-masyarakat di sektor perkebunan industri Indonesia (Vol. 144). CIFOR.
Patrick Barron, A. E. (2016). UNDERSTANDING VIOLENCE IN SOUTHEAST ASIA THE CONTRIBUTION OF VIOLENT INCIDENTS MONITORING SYSTEMS. The Asia Foundaion.
W. Wardiana, K Kadri, A Wahid-Al-I'lam. 2024. Peran Media Interaktif Sebagai Sarana Resolusi Konflik Pada Lembaga Pendidikan Islam di Era Transformasi Digital. Â Jurnal Komunikasi. journal.ummat.ac.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H