Hadirnya mega korporasi berkekuatan multinasional termasuk produsen pakan ternak menandai Kapitalisasi yang kuat pada sektor pangan. Konglomerasi telah memainkan modal besar yang mampu menguasai pasar dan sektor produksi di hulu hingga hilir. Kondisi ini rawan mengancam eksistensi peternak lokal. Mereka tak memiliki modal sebanding dengan jejaring konglomerasi itu. Korporasi besar biasanya telah memegang lisensi impor bahan baku, hal mana  membuat aktivita mpor seolah sulit distop.
Problem Kemiskinan dan Stunting
Kemiskinan dan stunting masih menjadi masalah hingga kini.
Ironisnya, meroketnya harga telur ini terjadi di tengah gencarnya penguasa menanggulangi problem kurang gizi ini. Lazim diketahui bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang  murah. Bahan pangan berprotein tinggi ini juga mudah dijangkau masyarakat. Protein hewani merupakan salah satu zat gizi yang menjadi parameter dalam penentuan status stunting pada anak. Tercukupinya kebutuhan protein hewani  meniscayakan stunting bisa dihindari.
Masalah kemiskinan, hingga kini juga masih menjadi momok. BPS mencatat, tingkat kemiskinan rakyat per September 2022  sebesar 9,57%. Artinya  sebanyak 26,36 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Angka ini merujauk pada penghasilan sebesar Rp535.547,00/kapita/bulan  Dengan rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,34 orang anggota, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.324.274,00/rumah tangga miskin/bulan. Dengan angka penghasilan 2 jutaan maka stunting, kelaparan, maupun kemiskinan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.Terlebih  terjadinya lonjakan harga telur.
Pangan, Kebutuhan Primer Individu
Ideologi kapitalisme terus menguasai hingga hari ini. Cara pandang sesat kapitalisme yang membuahkan liberalisasi, termasuk sektor pangan tidaklah layak untuk dipertahankan. Paradigma ini harus diganti.
Pangan merupakan kebutuhan pokok individu yang  tidak boleh digeser atau ditunda pemenuhannya. Pangan menjadi instrumen untuk  pemenuhan  kebutuhan jasmani tiap manusia. Gangguan pemenuhan pada pangan bisa berakibat fatal yaitu mengantarka pada kematian. Stunting, kelaparan, dan kemiskinan, adalah tiga kondisi yang setidak-tidaknya bisa menjadi ancaman serius terhadap pemenuhan kebutuhan jasmani tersebut.
Karenanya, menjadi sangat penting bagi kita untuk mengganti cara pandang pengelolaan pangan ini, dari kapitalisme menuju cara pandang Islam. Hal itu karena Islam hadir sesuai fitrah manusia sehingga segala sesuatu yang bersumber dari Islam pasti mampu menjadi solusi tuntas bagi problematika kehidupan manusia.
Cukuplah menjadi rujukan apa yang telah disabdakan Rasulullah saw., "Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya." (HR Muslim dan Ahmad). Berdasarkan hadis ini, penguasa akan memberikan hal-hal yang memang menjadi hak warganya, apalagi jika itu termasuk kebutuhan primer. Kebutuhan utama ini menyangkut sandang, pangan dan papan serta layanan akan kesehatan, pendidikan dan keamanan. Sistem Islam yang tegak dengan APBN berbasis Baitulmal akan mampu menutup seluruh kebutuhan utama rakyat.
Berkait dengan faktor yang memicu naiknya harga pangan  maka negara Islam (Khilafah) berperan penuh untuk mengendalikan harga pangan sekaligus menjamin distribusi. Jaminan ini didasarkan pada skala prioritas kebutuhan rakyat. Khilafah harus memiliki data yang akurat mengenai kemiskinan serta kebutuhan pangan dan gizi setiap anggota keluarga, sehingga  stunting dan kelaparan bisa dihindari.