Albert Einstein pernah menulis, "Semua orang jenius. Tetapi jika Anda menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, ia akan menjalani seluruh hidupnya dengan percaya bahwa ia bodoh."Â
Maksud dari pernyataan tersebut adalah kecerdasan tidak dapat ditetapkan hanya dengan suatu subjek atau standarisasi tertentu karena setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Tetapi, pernyataan tersebut dapat diperluas kembali. Kita tidak bisa mengukur kepandaian ikan hanya dari kepandaian berenang, perlu ada keterangan yang lebih mendetail terkait hal ini, berenang seperti apa yang dimaksudkan? Berenang paling cepat? Berenang paling dalam? atau Berenang paling aktif? Selalu ada kriteria-kriteria khusus. Begitu pula dengan burung, jika hanya dinilai dari kemampuannya terbang, maka Burung Unta dan Pinguin akan menjadi spesies burung terbodoh.Â
Hal ini juga ditemukan pada tiap-tiap kecerdasan manusia, semisal anak yang dikategorikan memiliki kecerdasan kognitif akan diklasifikasikan kembali secara khusus seperti berhitung, berbahasa, atau hal-hal lainnya. Bahkan, dalam kategori tersebut masih terdapat lagi pembagian-pembagian semisal dalam kecerdasan berhitung, maka berhitung seperti apa yang dimaksud? Apakah perhitungan sederhana dengan angka-angka rumit? Atau soal rumit dengan angka sederhana tapi memiliki banyak variabel dan simbol-simbol perhitungan? Atau manakah yang lebih pandai berhitung seorang Ibu pemilik toko grosir yang mampu menghitung pembelian ratusan barang tanpa bantuan kalkulator atau seorang professor yang menghitung luas permukaan dari atom?
Seiring berjalannya waktu, dengan heterogenitas dan cepatnya perkembangan teknologi berbagai kriteria-kriteria tersebut semakin banyak dan bervariasi. Apabila dikorelasikan dengan pendidikan era ini, maka tugas guru akan semakin kompleks. Seorang guru tidak lagi dituntut untuk sekedar transfer pengetahuan, tetapi menemukenali apa kecerdasan yang dimiliki seorang anak serta berbagai detailnya. Selanjutnya memberikan treatment yang sesuai agar potensinya dapat optimal.Â
Tentu saja hal ini berarti menambah panjang daftar jobdesk guru yang gajinya tidak seberapa itu. Tetapi jika terus menggunakan pendekatan konvensional, seperti yang sudah-sudah, apakah sumber daya manusia akan mampu bersaing dalam perkembangan zaman? Sekali lagi, dunia pendidikan Indonesia memang luar biasa rumit!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H