Mohon tunggu...
Illoney Nindya Kamila
Illoney Nindya Kamila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - LPK D-3.11

Somewhat a dedicated long-life learner with slightly deep interest in animangas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Motivasi Optimal: Mengapa Pengaruh Mendengarkan Musik terhadap Efektivitas Belajar Dapat Berbeda pada Setiap Orang?

8 Juni 2022   22:33 Diperbarui: 8 Juni 2022   23:01 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lofi Music Playlist to Help You Study [ONE HOUR LOOP]

Apakah kalian merasa familiar dengan tagline tersebut? Jika iya, kebiasaan belajar sembari mendengarkan musik mungkin sudah tidak asing lagi bagi kalian.

Musik memang dinilai dapat meningkatkan efektivitas belajar seseorang. Hal ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa musik mampu menciptakan suasana nyaman pada hati dan pikiran. Selain itu, musik juga dipercaya dapat menghalau rasa bosan ketika sedang melakukan suatu aktivitas dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam hal ini, seseorang akan merasa lebih mudah dalam mempertahankan fokus yang dia miliki, tidak terkecuali ketika sedang belajar semalaman untuk mempersiapkan ujian di keesokan hari.

Akan tetapi, pada kenyataannya di luar sana juga terdapat orang-orang yang justru mengalami hal sebaliknya. Bukannya semakin terfokus dengan materi yang sedang dipelajari, tidak sedikit dari mereka yang justru merasa terganggu dengan adanya alunan musik. Ini lah alasan mengapa kita tetap tidak diperbolehkan untuk membuat suara bising, terlebih lagi menyetel musik sewaktu sedang belajar di perpustakaan, terlepas dari cukup banyaknya penelitian yang menyatakan bahwa musik memiliki dampak positif terhadap efektivitas belajar seseorang.

Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Ternyata, fenomena ini dapat dijelaskan melalui salah satu teori di bidang psikologi, yakni Optimal Arousal Theory atau Teori Motivasi Optimal. Menurut teori tersebut, kinerja seseorang dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkat sesuai dengan meningkatnya rangsangan pembangkit motivasi yang diterima olehnya. Dalam hal ini, pemicu bangkitnya motivasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan sumber darimana ia berasal, yakni rangsangan internal dari dalam diri sendiri dan rangsangan eksternal dari lingkungan sekitar. Sesuai dengan Teori Motivasi Optimal, ketika tingkat rangsangan yang diberikan terlalu rendah, maka kinerja yang akan timbul juga tidak terlalu tinggi. Sebaliknya, ketika rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja yang akan timbul justru akan menurun.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, mendengarkan musik mampu mengubah suasana hati dan pikiran seseorang, termasuk di dalamnya meningkatkan mood dan motivasi untuk belajar. Oleh karena itu, musik pun juga dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk rangsangan eksternal pembangkit motivasi. Akan tetapi, karena titik motivasi optimal pada setiap orang berbeda-beda, pengaruh yang ditimbulkan pun juga akan berbeda. Hal ini menjelaskan mengapa tidak semua orang akan merasa semakin terbantu ketika belajar sembari mendengarkan musik. Pada orang-orang tersebut, mungkin rangsangan dari musik masih belum mampu untuk memenuhi titik motivasi optimal sehingga suara berisik dari musik justru akan semakin menyulitkan mereka untuk fokus.

Di samping itu, Teori Motivasi Optimal juga dapat menjelaskan alasan mengapa seseorang terkadang akan kehilangan fokusnya secara tiba-tiba meskipun sebelumnya sudah sempat terbentuk ketika sedang mendengarkan musik. Hal ini cukup sering terjadi dengan ditandai oleh perasaan terlena akan alunan melodi maupun lirik dari musik yang sedang didengar. Pada kasus tersebut, diduga rangsangan yang diterima dari mendengarkan musik telah melampaui titik motivasi optimal sehingga kinerja yang dikeluarkan pun juga akan semakin menurun.

Dengan berdasarkan pada Teori Motivasi Optimal, maka dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki keunikannya tersendiri mengenai hal-hal yang mampu membangkitkan motivasi mereka ketika sedang mengerjakan sesuatu. Rangsangan yang diterima pun juga harus berada pada keseimbangan, yakni tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, akan sangat menguntungkan apabila kita dapat memetakan jenis dan level dari rangsangan yang sesuai dengan titik motivasi optimal yang kita miliki supaya aktivitas yang sedang dilakukan, contohnya seperti belajar, dapat menjadi lebih efektif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun