Mohon tunggu...
Illiyyin Putra
Illiyyin Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Just a man who passionate about tech and digital marketing.

Selanjutnya

Tutup

Money

Perlukah CDD dalam Sebuah Bisnis?

15 Juni 2021   16:13 Diperbarui: 15 Juni 2021   16:21 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia keuangan, dikenal istilah Customer Due Diligence (CDD). Apa itu CDD? Perlukah CDD dalam sebuah bisnis? Pertanyaan-pertanyaan ini umumnya sering muncul di benak para pengusaha. Faktanya, kebijakan Cutomer Due Diligence (CDD) ini memang cukup vital. Khususnya dalam hal mencegah terjadinya kasus pencucian uang (Money Laundering). 

Berikut ini Saya sudah merangkum beberapa informasi penting mengenai CDD untuk Anda.

  1. Apa Itu CDD?
  2. Proses Penerapan CDD
  3. Setelah Menerapkan CDD, Lakukan EDD
  4. Mengapa CDD Diperlukan?
  5. Resiko dan Sanksi Jika Tidak Menerapkan CDD

1.) Apa Itu CDD?

Menurut Bank Indonesia, CDD adalah kegiatan yang meliputi identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan oleh pihak bank untuk memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan profil resiko calon nasabah, Walk in Customer, atau nasabah.

Di Indonesia, kasus pencucian hingga pendanaan terorisme masih sering terjadi. Masalahnya, jika bisnis Anda terlibat dalam kasus pidana tersebut, tentu akan berbahaya. Karena alasan inilah, CDD harus diterapkan demi mencegah hal tersebut.

CDD sudah ada aturannya. Sebagai contoh, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga sudah menerapkan peraturan bagi para penyedia jasa keuangan. Mereka harus menerapkan program APU PPT (Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme).  Yang dicek adalah penilaian risiko berupa mengidentifikasi dan mengecek risiko para nasabah atau konsumen

Nah, bagi para penyedia jasa keuangan, mereka harus mendokumentasikan penilaian risiko. Selain itu, Anda juga harus mempertimbangkan penilaian risiko. Intinya, penyedia jasa keuangan harus benar-benar mengenal siapa saja pengguna jasanya.

Ada beberapa hal yang harus diawasi oleh penyedia jasa keuangan. Sebagai contoh, mereka harus mengecek perkembangan produk hingga teknologi informasinya. Mereka juga harus benar-benar mengecek aktivias pengguna jasanya. Intinya, pastikan tidak ada celah untuk melakukan pencucian uang atau bahkan pendanaan terorisme.

2.) Proses Penerapan CDD

Inti dari proses penerapan CDD ini adalah dengan melakukan Identifikasi, Verifikasi, dan Pemantauan nasabah dan bisnis yang dijalankannya sampai mendapatkan tingkat kepercayaan yang diinginkan. Proses CDD yang lebih serius akan dilakukan jika nasabah dianggap berisiko tinggi. Prosesnya meliputi: 

1. Identifikasi Konsumen atau Nasabah

Perusahaan penyedia jasa keuangan harus mengidentifikasi konsumen atau nasabahnya dengan cara meminta informasi pribadi, seperti nama lengkap, kartu identitas, foto, dan akte kelahiran. Tentunya informasi ini harus valid dan bisa dipertanggungjawabkan keasliannya. 

2. Mengecek Kepemilikan Penerima

Penerapan CDD juga harus melibatkan indentifikasi kepemilikan sebuah perusahaan atau bisnis yang meliputi struktural perusahaan/bisnis tersebut. 

3. Hubungan Bisnis

Setelah dua hal tadi dilakukan, selanjutnya perusahaan juga harus mendapatkan informasi tentang seluk beluk tujuan dan jaringan bisnis yang akan mereka masuki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun