Samudera itu patah
Menggemparkan hampir seluruh semesta
Terpecah menjadi kepingan nestapa
Berkibar ditiup angin, petikan guratan kesedihan
Mengapa daun nyiur harus terkapar terempas angin?
Dan sang raja siang tak hentinya memperolok sang malam
Luka tergores di tepi batas cakrawala
Segurat bianglala menyala melanglang buana di ujung lara
Oh manusia pecinta semesta
Adakah setitik guratan cahya menuntun arah pulang?
Kembali ke tepian ke tempat terakhir sang perahu berlabuh
Menyandarkan tali temali ke bibir dermaga nan rapuh
Tersirat gundah meraja di dada
Kembali ke tengah samudera
Biduk kecil nan berani
Menantang badai nan garang
Terselimut kabut penuh sesak
Dan bulan kembali bercahya, menggantikan mentari menerabas sang malam
Rasi bintang masih menyala di langit gelap sebelah timur
Menggapai nirwana menenggelamkan kemilau air laut
Dan perahu kecil itu terus melaju
Susuri samudera ke tengah pekatnya gulita
Menantang gelombang ke peraduan malam
Jauh perlahan membias ke garis batas
Temukan jalan menuju tempat peristirahatan bagi sang pecinta sejati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H