[caption id="attachment_303703" align="aligncenter" width="460" caption="Sumber Foto:www.voa-islam.com"][/caption]
Dipimpin Anis Matta, PKS nampaknya berubah. PKS dahulunya adalah partai dakwah, karena dilahirkan oleh para aktivis dakwah, dan bercita-cita ingin menegakkan Islam melalui dakwah, kini menjadi partai terbuka, dan secara eksplisit menolak penegakkan Syariah Islam.
Juni 2008, di Hotel Ritzcarlton, PKS dideklarasikan menjadi partai terbuka, saat berlangsung Munas. Ini perubahan yang sangat mendasar bagi masa depan PKS. Tidak lagi, PKS bisa dijadikan 'wadah' para aktivis Islam, yang bercita-cita ingin menegakkan Islam. PKS menjadi partai terbuka, dan tidak berbeda dengan partai sekuler lainnya. Karena itu, jargon PKS sekarang oleh Anis Matta, diganti menjadi "Cinta, Kerja, dan Harmoni".
Sekarang Anis Matta, seperti sudah kehilangan kreatifitas, menghadapi sebuah pergulatan politik, menjelang pemilu 2014, di mana Presiden Partai PKS, Anis Matta, pergi ziarah ke makam mantan Presiden Soeharto, di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (4/4) malam.
Anis Matta bukan hanya mengunjungi makam Soeharto, tetapi juga mengunjungi makam Bung Karno. Ini sebuah langkah yang 'mubazir', dan tidak akan memberikan arti apapun bagi masa depan politik PKS.Kunjungan ke makam Bung Karno dan Soeharto, seperti Anis Matta ingin mengantarkan PKS ke makam alias kuburan bagi jenazah PKS.
Anis mengakui, apa yang dilakukannya itu mengundang kontroversi, tapi jasa-jasa Pak Harto saat membangun Indonesia tak bisa dilupakan begitu saja. Selain makam penguasa Orde Baru tersebut, Anis mengaku pernah mengunjungi makam sejumlah kyai dan tokoh.
PKS dibawah pimpinan Anis Matta, seperti kehilangan jati diri sebagai sebuah gerakan dakwah, dan tidak mampu menatap masa depan wajah Islam, di tengah-tengah gemuruh kekuatan politik sekuler, dan menjadi ancaman bagi Muslim. Justru Anis tidak menguatkan PKS sebagai sebuah gerakan dakwah, tetapi hanya melakukan langkah dengan mengunjungi 'makam' alias 'kuburan' orang-orang yang sudah mati.
Masa depan Islam tidak dapat dibangun dengan cara meminta 'restu' orang yang sudah mati, atau dengan cara menampakkan sosok PKS sebagai bagian dari masa lalu Bung Karno atau Soeharto, betapapun mereka dianggap berjasa. Apalagi, kalau selama berkuasa mereka membuat carut-marut kehidupan bangsa. Semua tidak ada gunanya bagi PKS atau dakwah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H