Salah satu film bergenre horor dengan tema psikologi adalah film Ma. Film yang ditulis dan disutradarai oleh Tate Taylor ini rilis pada tahun 2019 dengan durasi sekitar 1 jam 40 menit. Menggandeng aktris peraih piala Oscar Octavia Spencer sebagai pemeran utama, film ini akan membawa ketegangan tersendiri kepada penonton. Selain Octavia, film ini diperkuat oleh pemeran lain, seperti Diana Silvers, Juliette Lewis, McKaley Miller, Corey Fogelmanis, Gianni Paolo, Dante Brown, Tanyell Waivers, Dominic Burgess, Heather Marie Pate, Tate Taylor, Luke Evans, Margaret Fegan, Missi Pyle, Allison Janney, Creek Wilson, Victro Turpin, Dennis Rodriguez, Jinny Patterson, Louie, dan Earl.
Sebuah film tentu memiliki kepentingan dan nilai di dalamnya. Triyono Lukmantoro dalam artikelnya yang berjudul Teori-teori film: Sekadar Pengantar Awal yang dimuat dalam buku Menikmati Budaya Layar, Membaca Film (2016) menyebutkan bahwa meskipun film memiliki sifat dasar sebagai sajian gambar bergerak dan suara yang menggembirakan, namun film juga memiliki kepentingan tertentu yang perlu ditunjukkan. Maka, film tidak diposisikan hanya sebagai pemberi hiburan saja. Sisipan nilai-nilai tertentu dalam film harus dibaca dengan cermat dan kritis. Dalam artikel ini akan membahas bagaimana Film ‘Ma’ merepresentasikan bullying di dalamnya.
Film ini menceritakan tentang seorang anak bernama Maggie (Diana Silvers) dan ibunya Erica (Juliette Lewis) yang baru saja pindah rumah di Ohio. Maggie memiliki beberapa teman di sekolah barunya, dan memutuskan untuk pergi membeli minuman keras. Karena belum cukup umur, mereka meminta tolong kepada seorang asisten dokter hewan bernama Sue Ann membantu mereka membelikan minuman keras. Ketika Sue Ann membantu mereka, ia juga menawarkan ruang bawah tanah tempat tinggalnya untuk menjadi lokasi berpesta.
Sosok Sue Ann terlihat begitu dekat dengan teman barunya. Semenjak pertama kali Sue Ann mengajak anak-anak ke rumahnya mereka memanggil Sue Ann dengan sebutan ‘Ma’, kedengarannya menjadi lebih akrab. Setelah beberapa kali berpesta, Sue Ann terlihat memiliki obsesi kepada mereka. Ia sering mengirim pesan atau menelepon hingga menghampiri ke sekolah untuk mengajak anak-anak berpesta. Mereka menemukan beberapa keanehan pada Sue Ann hingga malas untuk mendekat lagi.
Singkat cerita Ben yang merupakan ayah dari Andy mengetahui perbuatan anaknya yang sering pergi berpesta ke rumah Sue Ann, ia mengetahui karena setiap mobil miliknya terdapat perangkat pelacak. Ben mengenali Sue Ann karena dulu mereka sempat satu sekolah. Ben menyuruh Sue Ann untuk menjauhi anaknya. Saat itulah Sue Ann memulai aksi sadisnya, mulai dari mengumpulkan anak untuk berpesta kemudian memberikan obat yang membuat mereka tidak sadarkan diri. Saat anak-anak terbangun, leher mereka sudah terikat seperti anjing. Sue Ann melakukan kekerasan seperti menjahit mulut, menyetrika perut, memukul, dan aktivitas mengerikan lainnya.
Salah satu penyebab perilaku mengerikan Sue Ann adalah saat sekolah dulu ia pernah menjadi korban bully. Tri Nanda Ghani R dalam artikelnya yang berjudul Representasi Bullying di Lingkungan Sekolah dalam Film yang dimuat di Jurnal Kommas (2016) menyatakan bahwa aksi bullying tak hanya menimbulkan trauma psikis, tetapi juga menimbulkan korban jiwa dan memicu tindakan balas dendam. Dalam film ‘Ma’ terlihat beberapa kali menampakkan flashback ketika Sue Ann dibully saat masih bersekolah. Saat itu Ben mengajak Sue Ann untuk bertemu di sebuah ruangan, karena Sue Ann menyukai Ben, ia langsung menyetujui. Ketika hari itu tiba Sue Ann sudah bersiap menemui Ben, teman Sue Ann bernama Mercedes memakaikan lipstick ke bibir Sue Ann. Mercedes memberitahu ketika di dalam ruangan nanti yang harus dilakukan oleh Sue Ann hanyalah berlutut dan menaruh dimulutnya.
Sue Ann masuk ke salah satu ruang yang gelap dan hanya terdengar suara saja. Sue Ann masuk ruangan yang gelap dan melaksanakan seperti yang sudah dikatakan oleh Mercedes. Setelah selesai Sue Ann beranjak keluar dari ruangan, Ben berteriak ‘Kejutan!!’, terdengar sekelompok siswa menertawainya. Sue Ann kaget karena seharusnya Ben di belakang dirinya, tetapi kenapa justru dia sudah menunggu di luar? Ternyata Ben dan beberapa temannya sengaja menjebak Sue Ann.
Beberapa ahli berpendapat mengenai teori representasi, salah satunya Stuart Hall. Dalam artikel Arie Nugraha yang berjudul Representasi Nilai Bullying dalam Serial Kartun Doraemon yang dimuat di Jurnal Komunikologi Vol. 16, No. 2 (2019) Hall menyebutkan bahwa representasi menghubungkan antara konsep dibenak kita dengan menggunakan bahasa yang memungkinkan untuk mengartikan sesuatu. Dengan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat representasi bullying dalam film, yaitu bullying yang dikategorikan sebagai kekerasan seksual, dan kontak verbal langsung, karena ia diganggu, dicela, dipermalukan, dan direndahkan, mencela/mengejek. Representasi bullying ejekan/celaan yang terjadi dalam film yaitu ketika ada seseorang yang meneriaki Sue Ann dengan sebutan “Hey Ma, Loser!”
Korban bullying memiliki dampak hebat kepada korbannya, film ‘Ma’ juga merepresentasikan Sue Ann sebagai korban bullying mendapat dampak dari perilaku bullying yang didapatkannya saat masih sekolah dulu. Beberapa dampak yang didapatkan Sue Ann adalah mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stress dan depresi, sulit melupakan masa lalu, karena sepanjang film terdapat beberapa kali Sue Ann memikirkan kejadian bullying yang menimpa masa lalunya. Sue Ann menarik anaknya dari kehidupan sosial karena takut anaknya akan merasakan kejadian yang serupa. Ia juga berkeinginan untuk membalas dendam kepada orang yang telah membully, dan itu sangat membahayakan.
Seperti yang kita tahu, bullying merupakan kejahatan dengan bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk menyakiti. Representasi bullying dalam film ini akan membuat manusia sadar bahwa kita sebagai manusia tidak seharusnya melakukan bullying seperti yang sudah ada dalam film atau perilaku bullying lainnya, karena jika itu terjadi akan membahayakan bagi korban, pelaku, dan yang menyaksikan kejadian. Menurut saya pribadi pesan bullying yang tersirat dalam film yang digunakan sebagai media representasi bullying ini cukup bagus, namun ada beberapa adegan yang terlalu vulgar untuk ditonton.
Ili Setyawati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H