Hayo, ngaku siapa yang sering dikejar deadline? Mengerjakan sesuatu mepet dengan deadline, pasti pernah kan?
"Ah, nanti aja deh ngerjainnya. Toh waktunya masih panjang"
"Otakku jalan kalau udah hampir mepet deadline, nanti lah ngerjainnya"
Niat awalnya sih pengen nggak terburu-buru, tetapi tiba-tiba deadline sudah di depan mata. Mau tidak mau kita menyelesaikan pekerjaan tidak maksimal dan asal kumpulkan saja yang penting jadi.
Atau pernah juga, pekerjaan kita menumpuk karena tugas-tugas sebelumnya belum diselesaikan. Kalau seperti itu, kita pasti akan mengerjakannya sekaligus kan?
Keterampilan dalam mengerjakan beberapa aktivitas atau pekerjaan sekaligus di waktu yang bersamaan disebut dengan multitasking. Kita sering kali melakukan multitasking untuk menghemat waktu. Tetapi kenyataannya, multitasking sering kali tidak efisien lho, bahkan parahnya bisa mengganggu kesehatan.
Kenapa bisa begitu? Karena multitasking sering kali menghabiskan lebih banyak energi, selain itu juga bisa mengurangi kualitas pekerjaan kita.
Multitasking tentunya berbeda dengan task switching ya, bedanya adalah kalau multitasking itu adalah kemampuan seseorang dalam mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, sedangkan task switching adalah istilah untuk melakukan pekerjaan secara berpindah-pindah. Tapi sekarang kita tidak akan membahas task switching, kita akan bahas tentang multitasking.
Terus kenapa sih multitasking bisa disebut tidak efisien? Jadi begini, sebenarnya otak pada umumnya hanya dapat fokus pada satu hal untuk satu waktu karena otak akan bekerja lebih kuat untuk fokus dan berkonsentrasi agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin.
Saat otak sudah mulai lelah untuk bekerja, daya konsentrasi dan fokus akan menurun dan dengan begitu bisa membuat kualitas pekerjaan menjadi berkurang dan akan terganggu. Selain itu, menjalani dua hal secara bersamaan tidak hanya beresiko membuat kita kehilangan detail penting dalam suatu tugas, tetapi juga bisa mengganggu ingatan jangka pendek.