Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Musyafa
Muhammad Ilham Musyafa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Yang kenal bilang extrovert, yang ga kenal bilang introvert, yang deket bilang gila

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sudahkah Menjadi Seorang Andragogik?

14 Maret 2015   06:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa-masa yang paling melekat di bangku sekolah adalah ketika merasakan hangatnya bangku SMA bukan berati masa-masa lainnya tidak berkesan hanya saja memang disinilah lem kenangan yang paling merekat dalam benak sampai sekarang. Masih teringat bagaimana kita selalu diingatkan bahkan bukan dari teman tetapi dari guru sekalipun yang selalu mengingatkan PR entah ketika jam pelajaran atau diluar itu, bahkan masih ingat betapa senangnya ketika sore hari mendengar dentuman bel yang begitu keras yang mengingatkan para siswa waktunya untuk pulang.

Dulu dari mulai pagi menyapa sampai kepada senja yang mulai menyingsing, selalu ada saja yang diingatkan muali dari PR bahkan waktu untuk pulang yang dimana bel sekolah menjadi pengingatnya, betapa manjanya kalau diingat-ingat, tapi itu akan menjadi salah satu goresan termanis dalam kertas kenangan ini dan itu pun sudah terjadi sangat lama sekali.

Seperti yang tadi disinggung sekarang semua itu telah menjadi kenangan bahkan itu sudah cukup lama untuk dikenang, terkadang cukup rindu juga untuk kembali merasakannya tetapi disisi lain kita hanya bisa mengambil pelajaran dari semua itu, salah satunya adalah jangan menjadi seseorang yang manja yang harus selalu diingatkan baik dalam bentuk apapun.

Sudah menginjakan kaki di ruang perkuliahan Strata satu, semua yang dirasakan dulu telah berubah adanya, individualis antara mahasiswa pun bermunculan tak ada lagi yang peduli tugas satu dengan lainnya, bahkan yang lebih buruk bukan kita yang diingatkan oleh dosen tapi justru kitalah yang mengejar-ngejar dosen untuk demi mendapatkan nilai yang bahkan hana berbobot 10% dari keseluruhan.

Tak ada lagi kata manja bahkan seharusnya tidak lagi ada ketidaktahuan lagi ketika kita masuk kelas, ini juga yang menjadi pembeda kala sekolah dulu dengan sekarang tidak lagi menjadi pedagogik yang datang dengan pikiran kosong, tidak ada lagi ketidaktahuan tentang materi yang nantinya akan dijelaskan, karena itu tidak mencirikan pemikiran yang dewasa.

Memang terkadang sulit rasanya ketika menjadi mahasiswa dan sedang menjalani masa perkembangan transisi antara anak-anak dan dewasa, tidak mau diingatkan tetapi apabila tidak diingatkan juga tidak dikerjakan. Luangkan sedikit waktu untuk membaca perhitungan SKS sejatinya lebih banyak diluar kelas, tidakkah ada waktu selama 24 jam untuk 15 menit saja membaca?

Sulit, apalagi untuk saya sendiri yang mulai menyadarinya. Sebaiknya diperkuliahaan haruslah menjadi andragogik dengan sejuta 'ke-kepo-an' nya akan materi yang nantinya akan dibahas, tidak lagi bicara soal materi tetapi  lebih kepada diskusi yang sebaiknya memang harus sering dilakukan untuk bertukar pikiran dan andragogik pula lah yang mencirikan bahwa seorang memang sudah menjadi dewasa lebih tepatnya pemikir yang dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun