Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Musyafa
Muhammad Ilham Musyafa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Yang kenal bilang extrovert, yang ga kenal bilang introvert, yang deket bilang gila

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metodologi Kualita(s)tif

5 Maret 2015   05:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semakin hari dewasa ini selain menyantap nasi, meneliti hampir sudah menjadi santapan untuk para akademisi seperti pengajar ataupun guru besar dan lain sebagainya bahkan untuk orang awam sekalipun meneliti adalah hal yang acap kali dilakukan walau dalam skala kecil ataupun prosesnya yang tidak prosedural, buktinya tak jarang banyak Ibu-ibu yang sudah mengetahui kapan tukang sayur depan rumahnya akan melintas di jam sekian dan jam sekian membawa ini itu atau mengetahui kalau sayur bayam dan tempe habis setiap hari kamis misalnya, dan sebagainya yang itu semua merupakan sedikit hasil observasi yang dilakukan oleh orang-orang.

Sejauh ini saya sendiri memang belum banyak melakukan penelitian, beberapa kali melakukan dan itu pun karena tuntutan tugas, seharusnya saya bisa melakukan jam terbang yang lebih untuk bisa mengasah kemampuan meneliti saya, dan dari semua yang saya lakukan itu keseluruhan bersifat kuantitatif yang dimana langsung terbesit dibenak orang yang jarang melakukan penelitian seperti saya ini adalah bahwa kuantitatif erat kaitannya dengan statistika, ribet, ruwet, ataupun hitung-hitungan rumit dari beberapa data yang didapat.

Jujur saya dari dulu kurang menikmati kuantitatif itu sendiri karena dasarnya saya lebih suka 'mengarang bebas' ketimbang harus berhitung, tetapi disisi lain juga saya belum begitu mengenal kualitatif itu sendiri, namun saya sedikit banyak tahu tentang kedua hal tersebut, banyak yang bilang kuantitatif itu lebih cepat ketimbang kualitatif, memang benar tapi saya kurang setuju dan justru harus bertanya-tanya "kenapa harus cepat? terus ada apa dengan cepat itu sendiri?" padahal nikmatilah saja kopimu yang masih hangat itu, sruput jangan diminum kau akan menemukan esensi kenikmatan kopi itu sendiri, bisa jadi kopi yang diminum memang harus banyak jadi harus cepat mengambil kesimpulan kopi mana yang enak tapi kalau kita bisa fokus kepada satu kopi kita bisa menemukan bagaimana kopi itu bisa nikmat, apa yang menyebabkan kopi itu bisa nikmat atau bahkan siapa yang mengumpulkan biji kopi dari kopi yang kita minum tersebut.

Seperti itulah kiranya kualitatif, penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala sosial melalui pengumpulan data dari peneliti itu sendiri yang harus terjun langsung kedalam penelitian agar bisa merakasan dan melihat fakta yang sebenarnya. Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif. Proses dan perspektif subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi atau mengarang bebas yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh dengan nilai-nilai otentik.

Berbeda dengan kuantitatif yang dimana menitikberatkan pada pengukuran dan analisis hubungan sebab akibat antara bermacam-macam variabel, bukan prosesnya, penyelidikan dipandang berada dalam kerangka bebas nilai.

Tapi apapun yang nanti akan digunakan kita sebaiknya tidak pilah pilih antar keduanya, tidak bisa itung-itungan lalu beralih ke kualitatif atau tidak mau lama lalu beralih ke kuantitatif tapi apapun metodologi yang kita gunakan asal itu cocok ya kenapa tidak?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun