Kita semua mungkin tahu bahwa pancaindra terdiri dari mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Mata digunakan untuk melihat.hanya dapat melihat sesuatu apabila ada cahaya.Secara fisika, benda dapat kita lihat karena benda tersebut memantulkan cahaya ke mata kita.Jika tidak ada pantulan cahaya, meskipun di depan kita ada suatu benda, benda tersebut tidak akan bisa kita lihat.Indra penglihatan ini memiliki keterbatasan.Ia hanya mampu melihat jika ada pantulan cahaya pada frekuensi 10 pangkat 14 Hz.Mata tidak bisa melihat benda yang terlalu jauh.Tidak bisa melihat benda yang berada dibalik tembok, bahkan mata kita sering 'tertipu' dengan berbagai kejadian. Misalnya, pada siang hari yang terik, dari kejauhan terlihat air yang mengeluarkan uap diatas jalan beraspal. Namun, apabila kita mendekat ternyata yang kita lihat tidak benar adanya. Kemudian saat kita berjalan mengendarai mobil, yang kita lihat berjalan bukanlah mobil yang kita kendarai, namun pepohonan dipinggir jalanlah yang tampak oleh mata kita seolah-olah berjalan. Ini yang kita sebut fatamorgana. Tipuan lain adalah pembiasan benda lurus dalam air sehingga benda tersebut kelihatan bengkok. bintang yang kita lihat di langit sangat kecil ternyata sungguh sangat besar, dan lebih besar dari bumi yang kita tempati. Penglihatan oleh mata kita sangat kondisional, seringkali tidak 'menceritakan' keadaan yang sesungguhnya pada otak kita.Namun mata inilah yang kita gunakan untuk melihat dan memahami dunia nyata yang ada diluar diri kita. Mata pun tidak dapat melihat apa yang ada didalam diri kita dan apa yang ada didalam diri orang lain, "bahkan untuk melihat mata itu sendiri mata tidak akan pernah mampu".Keterbatasan itu patut kita syukuri. Karena apabila mata kita bisa melihat benda yang ukurannya mikroskopis seperti bakteri ataupun jamur, kita tentu tak akan bisa makan dengan tenang dan nikmat. Mengapa? karena semua makanan yang kita makan mengandung bakteri dan jamur yang sangat menyeramkan. Satu menit saja kita menyimpan makanan dalam keadaan terbuka, jamur dan bakteri sudah ada pada makanan kita. Atau seandainya mata kita tidak terbatas, kita akan bisa melihat setan-setan dan jin-jin yang berkeliaran disekitar kita, dan dapat melihat proses pencernaan yang terjadi dalam tubuh kita sendiri.
Indra selanjutnya adalah telinga. Ia merupakan organ tubuh yang digunakan untuk mendengarkan uara. telinga hanya bisa mendengar suara pada frekuensi 20 sampai 20.000 Hz. Suara yang memiliki frekuensi tersebut akan menggetarkan gendang telinga kita,untuk kemudian diteruskan ke otak oleh syaraf-syaraf pendengar. Hasil dari interpretasi otak, suara dapat ditandai dan diketahui. Apabila suara getarannya dibawah 20 Hz, suara tidak bisa didengar, dan apabila memlebihi 20 ribu Hz maka suara pun tidak bisa didengar, bahkan gendang telinga akan pecah dan rusak.Pada intinya telinga kita pun juga memiliki keterbatasan layaknya mata. Bayangkan saja jika pendengaran kita tidak dibatasi, kita akan bisa mendengarkan suara-suara binatang malam, kita juga bisa mendengarkan suara jin sedang bercakap-cakap, dlsb, sehingga hidup kita pun tentu tidak akan tenang.
Indra yang ketiga adalah hidung. Indra ini digunakan untuk merasakan bau. didalam rongga hidung terdapat syaraf-syaraf yang akan menerima rangsangan bau yang masuk. Selanjutnya syaraf mengantarkannya ke otak untuk diterjemahkan. Seperti halnya mata dan telinga, hidung juga memiliki keterbatasan kemampuan.Misalnya, apabila hidung kita menerima aroma makanan yang terlalu pedas maka kita akan bersin-bersin. Apabila hidung sering merasakan bau yang beraroma tidak sedap maka kepekaannnya terhadap bau yang tak sedap itu akan hilang, misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang penuh dengan banyak sampah. Awalnya mungkin kita merasa terganggu, namun lama-kelamaan kita tidak akan bau yang beraroma tidak sedap tersebut.
Indra keempat dan kelima adalah indra pengecap dan peraba, yaitu lidah dan kulit.Lidah digunakan untuk mengecap rasa, sedangkan kulit untuk merasakan kasar, halus, panas, dingin, dlsb. Kedua indra ini pun memiliki keterbatasan dalam memahami fakta yang ada diluar dirinya. Apabila kulit kita dibiasakan dengan benda kasar terus dalam kurun waktu yang lama maka kepekaan kulit kita untuk memahami benda yang halus juga akan berkurang. Begitu juga dengan lidah kita, Dalam kondisi tertentu misalnya kita terbiasa dengan makanan pedas, maka lidah tidak akan merasakan enaknya makanan yang tidak terasa pedas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H