Jenuhku muncul, ingin rasanya aku menggeledah album-album masa lalu. Ingin membuka lembaran-lembaran potret diri ini. Rasanya seperti apa? Meskipun tak begitu lamanya.
Ku buka akun aplikasiku, onedrive. Setidaknya disana aku menyimpan sebagian album bergambar. Yang private, dan hanya bisa di buka secara khusus. Lalu kemudian ku pencet dalam layar ponselku folder picture.
Disana, dengan seketika aku ditampilkan dengan penamakan lama masa-masa romantisme kita. Akh, lama juga aku rindu masa itu. Saat bersama, berkendara, berpertualang, sesara mabuk asmara, dan dunia milik berdua.
Tak memikirkan apa kata orang sekitar, memang remaja dan cinta tak pernah terpisahkan. Kisah asmara ini tak pernah bisa terulang kembali.
Dipantai itu, di tempat itu, pernah aku bersama dia. Rasanya baru kemarin aku melancong kesana? Dan akhirnya aku bisa menemukan beberapa bingkai foto. Meskipun tak begitu jernih warna dan rupanya, tapi cukup bagiku lebih dari sekedar mengenang masa romantis itu.
Akh, cinta. penyebab dari segala sebab kejadian ini ada. Cinta membawaku pada segala kegilaan. Tak terbayang, perjalanan lebih dari 200 km panjangnya kita libas dalam sehari semalam.
Kenapa tak berpikir untuk bermalam? Padahal banyak waktu luang? Banyak teman, banyak pula sanak famili. Tapi tak pernah terbersit, karena dipenyebab semuanya adalah cinta.
Album berdebu ini adalah bentuk kenangan terindah, kalau aku dilahirkan dan mempunyai cinta. takdir ini sungguh menyenangkan, sungguh-sungguh membuat aku terlena, dan ingin rasanya aku hidup dan tinggal bersama album berdebu itu.
Tapi semua hanya ilusi semata, aku bangkit dan kembali ke alam nyataku. Lantas ku tuliskan resa gelisah dalam diri ini dalam bentuk celotehan sederhanaku yang kesekian kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H