Legenda batu keramat
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang tua bersama anak perempuannya. Mereka hidup di tengah hutan di sebuah gubuk reot. Â Tiang-tiangnya adalah dahan-dahan yang semakin lapuk sementara dindingnya adalah daun daun kelapa yang dianyam sekenanya. Mereka tinggal berdua di situ sejak lama. Sang istri pergi entah kemana.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, laki-laki itu mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya kepada penduduk di sekitar hutan.
"Kayu bakar. Kayu bakar. Cepat menyala, harga murah. Berapa saja, seikhlasnya."
Sementara anak perempuannya, yang telah beranjak dewasa tinggal saja di rumahnya, berangan-angan angan dan ongkang-ongkang kaki.
' Seandainya, seorang pangeran datang berburu dan menemukanku di sini. Hmmm, ia akan terpesona dan segera menyunting ku. Membawaku ke istananya. Di sana, tentu sangat nikmat, makan enak, tidur nyenyak, mau apa2 tinggal suruh pelayan...Hmmm'
Orang tuanya sudah sering menasehatinya supaya mungkin ia bisa bekerja, sekurang2nya membantu mencari kayu bakar.
"Nak. Ayah sudah tua. Tulang2ku sudah sedemikian lemah. Setiap waktu hanyalah letih demi letih. Bantulah ayah, Nak. "
"Aduh. Hidup tidak selamanya menuntun garis nasib. Garis yang tak pernah kita ketahui. Sudahlah, saya tetap di sini, Pak. Mungkin keajaiban segera menghampiri.'
Hingga suatu hari, ayahnya bertemu dengan pedagang kain.
"Pak. Mungkin Bapak punya anak gadis. Dia bisa menenun kain untuk saya. Bahan2nya saya siapkan. Nanti saya memberi upah yang layak.'