Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Putra Rahmadana
Muhammad Ilham Putra Rahmadana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Masyarakat Madani di Era Digital

17 November 2022   08:53 Diperbarui: 17 November 2022   09:18 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                               

Di era globalisasi ini, semua serba digital. Akibatnya, informasi sangatlah gampang menyebar dan diterima oleh semua kalangan masyarakat. Di era digital masyarakat harus pintar-pintar memilah informasi yang mereka dapat dari berbagai media, agar tidak membuat berita palsu atau berita hoax.

        Akhir-akhir ini istilah masyarakat madani ramai diperbincangkan di media sosial. Masyarakat madani sendiri memiliki pengertian yakni, sistem kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara dari perwujudan kekuasaan negara yang bersikap berlebihan. Membentuk masyarakat cerdas berbasis teknologi informasi dan komunikasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun itulah tantangan yang coba diatasi oleh pemerintah sebagai pemimpin solusi bisnis berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis di Jepang. Dengan teknologi modern, diharapkan bisnis dan masyarakat dapat bertransformasi ke arah yang lebih baik, efisien dan efektif.  

         Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, kehidupan dan kehidupan manusia juga mengalami disrupsi yang nyata. Manusia yang tidak adaptif terhadap perubahan zaman, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu akan mengalami masalah besar dalam hidupnya. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan yang sebelumnya dilakukan langsung oleh manusia digantikan oleh berbagai produk ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang revolusioner maupun yang evolusioner. Efisiensi adalah kata sekaligus jargon utama yang sering didengungkan oleh manusia demi kemudahan hidup. Namun di sisi lain, perkembangan iptek dengan jargon utama efisiensi seringkali kontraproduktif bahkan cenderung merusak kehidupan dalam arti luas.

        Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk menggunakan email, Facebook, Path, Twitter, Instagram, SMS, dan berbagai aplikasi teknologi informasi lainnya? menyadari Tanpa itu, banyak dari hidup kita sebenarnya "bergerak" ke "kehidupan digital". Dengan demikian masyarakat digital terbentuk. Karakter atau budaya masyarakat digital terbentuk dari masyarakatnya. Bagaimana potret kondisi masyarakat digital Indonesia? Ada berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat digital ini; mulai dari "misinformasi", "perselisihan digital", bahkan "kejahatan digital". Bagaimana masyarakat digital Indonesia bisa menjadi masyarakat sipil? Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan? Ini akan menjadi bahan diskusi kita.

        Lahirnya digitalisasi dan media baru tidak lepas dari proses mediasi manusia dengan budayanya, begitu pula sebaliknya. Kehadiran teknologi dan media tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang bebas nilai. Kemanusiaan akhirnya melampaui "teknologi". Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat dan pemajuan budaya di era digital ini harus diterapkan secara tepat. Pemerintah Indonesia percaya bahwa teknologi adalah artefak budaya. Ini terdiri dari berbagai nilai, hubungan sosial, tindakan, aturan, dan pembuatan/makna. Artinya, teknologi memiliki nilai tersendiri dalam lingkup relasi sosial yang memuat tindakan dan aturan tertentu, sehingga penciptaan dan pemaknaannya terbentuk secara tidak rasional. Transformasi teknologi tidaklah netral, tetapi akan terus berubah. Jadi, setiap individu yang menjadi bagian dari masyarakat memegang kendali. Proses-proses yang terjadi di dalamnya menjadi nilai penting dalam perkembangan masyarakat dan budaya di era digital saat ini. Serta siapa yang mengontrol transformasi proses teknologi dalam memberdayakan masyarakat dan memajukan kebudayaan. Lalu, siapa yang mengontrol proses produksi, bagaimana distribusi keuntungan, siapa yang diuntungkan atau dirugikan dalam proses tersebut. Berbagai pertanyaan di atas akan terjawab secara bersamaan dalam berbagai proses yang sedang dijalani.

        Teknologi berkembang sangat cepat dari zaman dulu hingga zaman modern era globalisasi ini. Dulu akses teknologi dan penggunaan jaringan internet masih terbatas, tidak seperti sekarang yang bisa dilakukan melalui smartphone, media elektronik, dan masih banyak lagi. Dan pada akhirnya, teknologi yang digitalisasi akan terus berevolusi dan menciptakan berbagai ruang lingkup dan makna tertentu yang berbeda. Hal inilah yang membuat pemerintah Indonesia tertarik untuk melakukan pekerjaan di ranah teknologi yang disandingkan dengan seni sebagai landasan pemahaman saya serta sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

        Pada tahun 2013, pemerintah Indonesia mulai melaksanakan kerja praktik publik di ranah teknologi digitalisasi yang berfokus pada ranah seni, sosial, dan budaya. Kerja praktek yang dilakukan adalah penelitian Pengembangan Kebijakan Potensi Ekowisata dan Ekonomi Kreatif di Jawa Barat. Pemerintah Indonesia melakukan penelitian di beberapa Kabupaten Kota, salah satunya di Kasepuhan Ciptagelar. Melalui pemahaman sosial budaya di Kasepuhan, pemerintah Indonesia bergerak menerapkan jaringan internet. Tidak hanya itu, pemahaman tentang teknologi digitalisasi dan literasi media ditanamkan pada masyarakat adat di sana. Kemajuan teknologi pun tumbuh dan berkembang selaras dengan budaya dan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Hal ini adalah contoh pemberdayaan masyarakat dan promosi budaya di era digital saat ini. Pemaparan teori yang diberikan, beserta penerapannya yang dilakukan dalam kehidupan nyata, tentunya harus disandingkan secara berkesinambungan. Setelah semua proses yang telah dijalani, pastilah hasil akhirnya akan bernilai baik.

        Untuk pemberdayaan masyarakat madani sendiri ada beberapa langkah yang hendaknya dilakukan agar tercapai tujuan membentuk masyarakat madani. Di antaranya yakni dengan revitalisasi para kaum cendekiawan, strategi politik yang sejajar, strategi aktualisasi dengan mengggunakan tema life world, dengan memperkuat supremasi hukum, menegakkan dan mempelajar HAM, dan melakukan sosialisasi atau civic education pemberdayaan masyarakat madani. Civic education secara khusus dapat digunakan untuk membentuk tatanan masyarakat madani yang terstruktur. Civic education juga termasuk upaya yang dinilai sangat teppat untuk memformat masyarakat madani dengan baik. Melalui civic education atau sosialisasi, diharapkan tetanam kesadaran-kesadaran terhadap beberapa nilai universal kemanusiaan terhadap para masyarakat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun