Mohon tunggu...
Ilham Q. Moehiddin
Ilham Q. Moehiddin Mohon Tunggu... -

Sekadar berbagi pemikiran untuk nilai-nilai yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Prosa] Ibu dan Rukmo untuk Pesisir Sidoarjo

15 Agustus 2011   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ancol jam lima sore. Rukmo merunduk, memunguti bebatuan. Impiannya menjadi pecahan tanah. Mata sayu ibunya teliti gelisah pada Rukmo: “di sini seperti di pesisir Sidoarjo, ya Mbok? Tidak ribut seperti di Jakarta."

Rukmo sedih, mengapa hanya ibunya yang bisa teduh. Geram tiba-tiba merabung pada bocah tujuh tahun itu. Di tempeleng lalat yang hinggap di koreng kakinya. "Ini juga Jakarta, tapi pinggiran, Mo..." Mata sayu, mulut gelembur ibunya mencoba menyabarkan. Rukmo merajuk. Ditatapinya mata ibunya yang begitu sabar menerima kegetiran dari dirinya: “Mbok, Rukmo ingin pulang,” bujuk Rukmo.

Sang ibu bergeming. Rukmo kian murung. Ibu selalu punya alasan terbaik buat anaknya itu. Rukmo angkat kendi bekas yang ditemukannya di antara sampah, lalu dengan geram kecil, Rukmo membanting kendi, pecah berantakan. Dilepasnya kesal dan derita ibunya sekaligus. Tanpa sandal. Tak peduli beling, kaki Rukmo mengayun. "Hei, Mo. Mau kemana?"

"Bu, mari pulang ke Sidoarjo!"

Ancol, 29 Mei 2007

Ditanggal yang sama, setahun setelah bencana lumpur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun