Kapitalisme telah menjadi subjek penggugatan oleh berbagai kelompok karena tidak mampu memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan ekonomi baik di tingkat nasional maupun global. Bahkan, Kapitalisme dianggap sebagai akar masalah dalam kerusakan lingkungan, tingkat kemiskinan yang tinggi, kesenjangan sosial yang melebar, tingkat pengangguran yang tinggi, serta pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan penurunan moral. Bagi negara-negara berkembang, Kapitalisme bukan hanya gagal mengatasi krisis pembangunan, tetapi juga memperburuk kondisi sosial-ekonomi di negara-negara dunia ketiga. Dengan kata lain, Kapitalisme tidak mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama di negara-negara berkembang, bahkan cenderung melakukan eksploitasi terhadap kekayaan mereka.
Di beberapa negara yang menganut sistem kapitalis, telah muncul pandangan skeptis terhadap sistem tersebut, terutama terkait dengan kekurangan dalam distribusi kekayaan melalui mekanisme pasar dan persaingan bebas. Para pendukung Kapitalisme semakin menyadari bahwa pasar bebas tidak mampu mencapai tingkat keadilan yang diharapkan dalam pemanfaatan sumber daya. Program persaingan sempurna yang diusung oleh sistem Kapitalisme juga belum pernah berhasil tercapai hingga saat ini. Bahkan, pasar monopoli dan oligopoli berperan penting dalam menciptakan ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan.
Kapitalisme memiliki kelemahan yang sangat terlihat, yaitu:
- Pertama, sistem ini menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan sosial. Adam Smith berpendapat bahwa ketika individu melayani kepentingan pribadinya, pada dasarnya mereka juga melayani kepentingan sosial.
- Kedua, Kapitalisme mengabaikan peran nilai moral sebagai alat untuk mengatur alokasi dan distribusi sumber daya. Ketiga, Kapitalisme telah mendorong munculnya paham materialisme, di mana nilai-nilai material dan kekayaan materi menjadi sangat penting.
Kapitalisme memiliki lima ciri utama yang semakin menyoroti kelemahannya, antara lain:
- Kapitalisme mengedepankan ekspansi kekayaan, produksi maksimal, dan pemenuhan keinginan individu sebagai landasan kesejahteraan manusia. Fokusnya terletak pada kombinasi harga dan peran negara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, dan pemerataan yang lebih besar, bukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
- Kapitalisme memberikan penekanan pada kebebasan individu dalam mengaktualisasikan kepentingan dan kepemilikan kekayaan. Memiliki dan mengendalikan kekayaan menjadi suatu keharusan bagi inisiatif individu.
- Kapitalisme mengasumsikan bahwa inisiatif individu dalam pengambilan keputusan yang terdesentralisasi, terjadi dalam pasar yang kompetitif, menjadi syarat utama dalam mencapai efisiensi optimal dalam alokasi sumber daya.
- Kapitalisme tidak mengakui pentingnya peran pemerintah dan nilai-nilai kolektif dalam mencapai efisiensi alokatif maupun pemerataan distributif.
- Kapitalisme mengklaim bahwa dengan melayani kepentingan diri sendiri, setiap individu secara otomatis juga akan melayani kepentingan sosial kolektif.
Berdasarkan lima ciri tersebut, Kapitalisme sebagai sistem yang mengakui logika pasar telah menghasilkan simetri antara kepentingan individu dan sosial. Dalam asumsi ini, individu dalam peran konsumennya dianggap memiliki kekuasaan penuh dan bertindak secara rasional untuk memaksimalkan nilai guna dengan membeli barang dan jasa dengan harga yang rendah. Sebagai produsen, individu juga bertindak secara rasional dan secara pasif merespons permintaan dengan melakukan produksi yang biayanya seminimal mungkin untuk meningkatkan keuntungan. Namun, adanya simetri ini telah menyebabkan Kapitalisme gagal dalam menyelaraskan kepentingan individu dan masyarakat.
Selain itu, Kapitalisme yang memuja sistem pasar pada akhirnya dapat menyebabkan dua fenomena, yaitu keserakahan dan angan-angan. Sistem ekonomi pasar dan nilai-nilai yang dianut oleh Kapitalisme akan terus menggantikan nilai-nilai dan pandangan mendasar yang sebelumnya dipegang oleh masyarakat. Sistem yang awalnya dibangun dengan dasar-dasar religius digantikan oleh mekanisme pasar yang dipercaya sebagai "mekanisme otomatis" dengan prinsip invisible hand-nya. Konsep kebahagiaan dan keselamatan dalam konteks agama pun digantikan dengan kebahagiaan material semata.
Ini merupakan bentuk penghindaran dari prinsip-prinsip filosofi dasar yang dianut oleh mayoritas agama. Pada umumnya, agama-agama mengajarkan bahwa meskipun kekayaan materi dianggap penting, namun itu saja tidak cukup untuk memotivasi individu dalam memperhatikan kepentingan diri sendiri, menjaga kepentingan sosial, atau mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang merugikan. Agama-agama juga tidak selalu mengandalkan kekuatan negara yang paksa dalam mencegah tindakan-tindakan yang salah. Sebab, setiap usaha yang terlalu menggantungkan pada peran negara akan meningkatkan biaya pemerintah dan berpotensi menciptakan pemerintahan yang otoriter.
Sistem Kapitalisme, dalam keberadaannya, tidak mengakui keterkaitan antara agama dan kehidupan dunia, termasuk aktivitas ekonomi. Paradigma kapitalis mengabaikan nilai-nilai etika dan sosial, dan lebih memprioritaskan sekularisme serta tidak mengindahkan kepentingan umum masyarakat. Dalam prosesnya, terbentuklah perpecahan antara kepentingan individu, masyarakat, dan negara. Akibatnya, sistem ini tidak mampu menciptakan tatanan sosial yang adil dan sejahtera, sehingga dianggap tidak relevan lagi.
Di sisi lain, Kapitalisme hanya memusatkan perhatiannya pada penyediaan alat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan nasional. Kapitalisme mengasumsikan bahwa dengan adanya peningkatan pendapatan nasional, akan terjadi distribusi pendapatan yang merata di dalam masyarakat. Oleh karena itu, Kapitalisme selalu mengandalkan pertumbuhan ekonomi semata sebagai cara untuk menghindari pertimbangan distribusi yang adil.
Pemisahan Kapitalisme dari doktrin agama dan ketergantungan penuh pada mekanisme harga dan keuntungan sebagai tujuan utama telah menyebabkan pandangan bahwa Kapitalisme mengalami kegagalan, sehingga Fukuyama menyebutnya sebagai "akhir sejarah". Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang memberikan kebebasan tanpa batas, memungkinkan individu mengejar kepentingan pribadi dan memaksimalkan kekayaan untuk memenuhi keinginan mereka.
Menggunakan harga sebagai strategi untuk mengalokasikan sumber daya dapat melindungi kebebasan individu, tetapi keberhasilannya tergantung pada adanya persaingan sempurna. Jika persaingan tidak ada, maka orang kaya dengan kemampuan finansial yang cukup akan mampu memperoleh apa pun yang mereka inginkan, sedangkan orang miskin akan semakin tertekan karena pendapatan yang tidak mencukupi. Hal ini dapat menyebabkan lingkaran setan kemiskinan di mana orang miskin terjebak dalam kemiskinan tanpa keluar. Selain itu, kesenjangan ekonomi sering kali terjadi dan upaya untuk mencapai pemerataan ekonomi menjadi kurang diperhatikan, sehingga terjadi ketidakadilan.