Tiba-tiba teringat seorang tokoh di sebuah serial stasiun TV swasta ANTV beberapa bulan yang lalu. Selim Bayraktar yang berperan sebagai Sumbul Aga di film Abad Kejayaan, Film yang sebelumnya berjudul King Sulaiman dan berjudul asli Muhtesem Yusyil di negara aslinya Turki.
Sumbul aga adalah seorang yang pejabat penting di harem dan menjadi orang kepercayaan utama Hurem Sultan (Meryem Uzerli), seorang budak dari Alexandria yang menjelma menjadi seorang ratu kerajaan yang berkuasa. Sumbul Aga berkarakter licik tetapi sangat setia, dia juga diceritakan sebagai seorang Kasim.
Seorang kasim adalah laki-laki yang telah dikebiri sehingga tidak bisa seperti laki-laki biasanya yang normal, tidak berkeluarga dan tidak berketurunan. Nah kata "kebiri" inilah yang menjadi trending topic pemberitaan media minggu-minggu ini, apalagi Om Joko telah mengeluarkan perpu untuk kebiri ini. Saya juga belum terlalu paham model kebiri yang akan dilakukan, bisa saja kebiri kimiawi atau kebiri fisik. Kebiri kimiawi dilakukan dengan menyuntikkan anti androgen kedalam tubuh sehingga memperlemah hormon testosteron, hormon yang berhubungan dengan hasrat seksual lelaki. Suntikan ini memberikan efek samping resiko tulang keropos dan mengurangi massa otot. Sedangkan Kebiri fisik dengan amputasi testis, ini yang lebih ekstrim karena bersifat permanen berbeda dengan kebiri kimiawi yang hanya bersifat sementara apabila suntikan dihentikan.
Pertanyaan selanjutnya, siapa yang akan melakukan eksekusi kebiri ini? Saya menduga eksekusi ini akan dibebankan kepada dokter atau perawat sebagai algojonya karena dianggap paling paham untuk tindakan seperti ini. Apakah dokter siap untuk itu? Secara pribadi saya tidak siap untuk itu, rasanya ini melanggar sumpah dokter yang selama ini saya dan seluruh dokter indonesia anut. Dokter bekerja mengutamakan kesehatan klien bukan justeru mencelakai atau mencederai tanpa indikasi medis yang jelas apapun latar belakangnya. Seorang dokter tidak boleh bekerja atas dasar klien penjahat atau lainnya, semua harus diperlakukan sama. Lalu siapakah yang akan menjadi algojonya? Anda berminat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H