Tidak salah Jokowi memilih Arief Yahya sebagai Menteri Pariwisata. Hingga tahun ketiga pemerintahan berjalan, Kementerian Pariwisata meraih berderet prestasi. Terobosannya pun banyak. Inovatif pula.
Hasilnya dengan mudah dapat diukur. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Hingga akhir tahun 2017 ini, Kemenpar mencatat angka yang menggembirakan. Dipastikan 14 juta wisatawan mancanegara yang melancong Indonesia. Baik melalui bandara-bandara Internasional maupun lewat pos perlintasan antar bangsa di daerah-daearah perbatasan.
Sebenarnya Kemenpar mematok angka 15 juta kunjungan WNA di tahun 2017. Jika melihat data pertumbuhan bulanan yang selalu tembus diatas 1 juta kunjungan, Menteri Pariwisata optimistis mencapai target tersebut.
Namun apa  daya. Manusia punya rencana, Tuhan jua penentunya. Di penghujung  tahun, erupsi Gunung Agung betul-betul memutar balikkan semua rencana. Peluang 1 juta kunjungan WNA terkikis oleh gembar gembor letusan Gunung Agung.  Namun jangan suudzon pada Tuhan. Semua pasti ada hikmahnya.
Sejak pertama kali dilantik sebagai Menteri Pariwisata, Arief Yahya memang sudah menetapkan target tinggi untuk kunjungan wisatawan mancanegara ke Nusantara. Bahkan sangat ambisius. Lihatlah angka targetnya: 10 juta di tahun 2015, 12 juta tahun 2016, 15 juta tahun 2017, 17 juta tahun 2018 dan 20 juta di tahun 2019.
Jika berkaca pada data kunjungan tahun 2014, jumlah WNA yang berkunjung ke Indonesia hanya 8,8 juta orang. Melihat target yang di patok Kemenpar, itu adalah angka yang hampir tidak masuk akal. Bahkan mustahil kata sebagian orang. Terutama orang-orang pesimistis. Atau orang-orang yang kurang sreg pada kepemimpinan Jokowi. Di tahun awal kepemimpinanannya , tingkat persentase kenaikan jumlah kujungan wisatawan hanya tumbuh rata-rata 7 persen setiap tahunnya. Untuk mencapai target-target tersebut, dibutuhkan setidaknya persentase kenaikan 16 % setiap tahunnya.
Namun perlahan tapi pasti, selangkah demi selangkah, target itu dipenuhi. Bahkan melebihi. Di tahun 2015, jumlah kunjungan wisatawan tembus angka 10 juta lebih. Tahun 2016 pun demikian. Tercatat 12 juta lebih wisatawan mengunjung destinasi-destinasi wisata dalam negeri.
Membludaknya kunjungan wisatawan asing ini sempat diplesetkan segelintir orang. Media partisan pun ikut memanas-manasi. Indonesia disebut dipenuhi para pekerja asing. Padahal yang benar adalah Indonesia dibanjiri wisatawan mancanegara.
Target ambisius Arief Yahya bermula dari mimpi Jokowi yang ingin meningkatkan secara tajam jumlah kunjungan wisatawan asing ke Nusantara. Presiden mematok target kunjungan wisatawan 20 juta pada tahun 2019. Target ini berangkat dari keprihatinan Presiden melihat rendahnya kunjungan WNA ke negeri ini. Angkanya jauh tertinggal dari negara-negara seteru di Asean. Malaysia dan Thailand.
Di akhir tahun 2014, wisatawan yang melancong ke Malaysia dan Thailand sudah menembus angka 25 juta wisatawan. Indonesia benar-benar tertinggal. Bahkan hampir 3 kali lipat. Padahal, Indonesia kurang apa dari Malaysia. Objek wisata, Indonesia jauh unggul. Keragaman budaya apalagi. Malaysia bahkan kerap mengklaim budaya asli Indonesia sebagai miliknya.
Untuk memenuhi target tersebut, Jokowi menemukan orang yang tepat untuk mewujudkannya. Presiden punya target tinggi, Arief Yahya optimis mencapainya. Arief Yahya hanya menginginkan Jokowi memback up kerja-kerja kementerian pariwisata secara full. Setelah itu, sang menteri memainkan jurus-jurusnya.