Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada masalah kekurangan gizi seperti kurus, stunting, dan anemia. Permasalahan gizi buruk pada balita maupun anak dalam kandungan bisa menyebabkan masalah kesehatan pada ibu serta anaknya (stunting).Â
Masalah stunting bisa terjadi karena kekurangan gizi terutama pada saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pernikahan dini, kebersihan lingkungan, terbatasnya layanan kesehatan, serta faktor genetik/keturunan.Â
Pada tahun 2022, angka stunting di Indonesia mencapai 24% yang berarti sekitar seperempat jumlah bayi di Indonesia mengalami stunting. Efek dari stunting pada anak akan mempengaruhi tumbuh-kembang anak, tingkat kecerdasan anak, Â hingga risiko terkena penyakit/status kesehatan pada saat beranjak dewasa.
Sejalan dengan masalah itu, pemerintah desa juga melakukan kegiatan dalam mengurangi dan mencegah stunting. Saat ini, angka stunting di Desa Karangrejo  mencapai 22 anak. Dibanding Desa Bagorejo dengan 46 anak dan Desa Tembokrejo dengan 32 anak, Desa Karangrejo termasuk desa dengan angka stunting yang rendah.Â
Desa Karangrejo mengadakan beberapa kegiatan seperti senam rutin yang banyak diikuti ibu-ibu desa dan diorganisir oleh Germas (Gerakan Masyarakat Sehat).Â
Selain itu, di Desa Karangrejo memiliki 14 Posyandu yang mengadakan kegiatan imunisasi kepada balita setiap bulan sekali. Adapun terdapat kelas Ibu hamil, bayi, dan balita yang dibagi dalam 3 kelompok. Yaitu kelompok bayi usia 0 sampai 12 bulan, kelompok balita usia 1 sampai 2 tahun, dan kelompok balita usia 3 sampai 5 tahun.
Melihat masalah itu, kami mengangkat stunting sebagai tema utama program kerja kelompok KKN. Kami menemui Ibu Mila selaku bidan POLINDES (Pondok Bersalin Desa) untuk konsultasi dan membahas kondisi stunting di Desa Karangrejo serta program kerja yang akan kami lakukan. Rencananya, kami akan membuat sosialisasi/workshop mengenai MPASI (Makanan Pendamping ASI), membuat buku resep panduan praktis membuat MPASI, hingga membuat pamflet tentang pencegahan stunting.