Mohon tunggu...
Ilham Maulana
Ilham Maulana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Keep smile

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lentera Harapan dalam Kegelapan

11 Juni 2024   17:03 Diperbarui: 11 Juni 2024   17:05 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang sedang membaca buku/pexels.com/@Thought Catalong

Lentera di Tengah Kegelapan

Di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian kota, hidup seorang perempuan tua yang bernama Ibu Sari. Hidupnya sederhana, bahkan bisa dikatakan kekurangan. Rumahnya berdinding dari bambu dengan atap rumbia yang sudah mulai rapuh dan hampir roboh dimakan usia. Ia tinggal bersama cucunya, Rani, seorang anak gadis kecil yang penuh semangat.

Setiap pagi hari, Ibu Sari pergi ke ladang untuk mencari kayu bakar untuk dijual dan dedaunan kering yang bisa dijual di pasar. Rani, meskipun masih kecil, selalu membantu neneknya dengan senyuman ceria dan semangat. Mereka tidak punya banyak, namun mereka selalu berusaha bersyukur dengan apa yang mereka miliki.

Esok hari nya, ketika sedang mencari kayu untuk di jual di hutan, Rani menemukan sebuah lentera tua yang sudah berkarat. Ia membawa lentera nya pulang dan menunjukkan kepada neneknya. Ibu Sari hanya tersenyum dan berkata, "Lentera ini mungkin sudah tidak bisa kita gunakan, tetapi bisa mengingatkan kita bahwa dalam kegelapan pun, selalu ada harapan."

Dimalam itu, hujan mulai deras mengguyur seluruh  desa. Atap rumah yang telah bocor membuat mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari tetesan-tetesan air. Rani melihat lentera tua di sudut ruangan dan bertanya, "Nenek, apakah kita akan selalu hidup seperti ini?"

Ibu Sari menatap kembali cucunya dengan lembut dan menjawab, "Rani, kemiskinan adalah ujian dari tuhan. Kita mungkin tidak punya banyak harta yang melimpah, tapi kita punya cinta dan kebersamaan. Itulah yang paling berharga."

Besok harinya, ketika hujan telah mulai reda, mereka pergi ke pasar bersama untuk menjual hasil panen kecil mereka. Di tengah-tengah perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang pria kaya yang mobilnya mati di pinggir jalan. Tanpa berpikir kelamaan, Ibu Sari menawarkan bantuan. Pria itu sangat tersanjung dengan kebaikan mereka dan sebagai balas budi, ia memberikan sedikit uang kepada Ibu Sari.

"Ini sedikit dari saya tidak seberapa dibandingkan dengan kebaikan hati kalian," kata pria itu.

Dengan uang yang diberikan pria itu, Ibu Sari membetulkan atap rumah mereka dan membeli beberapa bahan pokok makanan. Hidup mereka memang tidak berubah secara drastis, tetapi sedikit bantuan itu memberikan mereka harapan yang baru.

Di malam itu, di bawah sinar bulan yang redup, Rani melihat lentera tua yang kini telah digantung di dinding. Ia paham bahwa lentera tua itu bukan hanya sekedar benda saja, tetapi simbol harapan dan keteguhan hati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun