Mohon tunggu...
Ra Darussalam
Ra Darussalam Mohon Tunggu... Nelayan - nelayan

hobi volly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop dan Hindari Perilaku Bullying

25 Juni 2024   19:01 Diperbarui: 25 Juni 2024   19:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Kata bulyying tentu sudah tidak asing lagi kan buat kita. Terutama di negara kita Indonesia atau sering di sebut warga konoha ( sebutan dari warga sosmed).  Bullying bisa di artikan dengan suatu perilaku, tindakan, kekerasan, perkataan/ caci maki yang di sengaja oleh pelaku yang menganggapnya sudah biasa, hal sepele dan merasa bahwa dirinya lebih hebat, lebih sempurna dari yang lain. Bullying sering terjadi pada usia remaja sekolah, bahkan anak- anak.  Padahal bullying memiliki dampak yang sangat buruk terhadap korban.

            Korban dari bullying/ bully biasanya tidak pernah bercerita atau melapor dengan alasan malu dan merasa hal ini adalah sepele. Orang tua dan guru sangat memiliki tanggung jawab yang penting dalam hal bullying. Meskipun sudah ditangani oleh guru maupun orang tua, sifat ini tidak pernah hilang dari berbagai lingkungan seakan- akan bullying akan terus ada dan kekal. Inilah tantangan yang sebenarnya untuk kita sebagai mencegah perilaku bullying yang sudah marak terjad

  Dalam suatu perilaku baik dan buruk terdapat peran penting, terutama bagi orang tua dan guru sebagai berikut :

 a. Orang tua, untuk selalu memberi dukungan dan membangun komunikasi terbuka dan jujur dengan anak. Dengan itu anak akan merasa memeliki rasa aman. Sikap ini sangat jarang ditemui pada sikap orang tua kepada anak. Jangan pernah menganggap "halah cuma bercerita doang" dengan sepele. Orang tua jangan sesekali membedakan anak- anaknya, dan jangan berfikiran" halah kakak sudah dewasa juga" "halah dedek masih kecil ga mungkin ada masalah", sikap itu sangat- sangat salah kaprah.

            Para orang tua bisa memulai dan merubah hal- hal yang seperti itu dengan semisal pulang sekolah orang tua menanyakan "gimana hari sayang? Ada cerita ngga hari ini, mamah pengen denger", " eh dedek udah pulang, gimana temen- temen dedek pada bai kan?". Dari hal sepele seperti itu anak akan mempunyai sifat ingin selalu bercerita kepada orang tua. Bercerita/ ngobrol sedikit saja sudah mengurangi rasa resah dari hati mereka. Dengan itu, jadikan anak sebagai teman bercerita ya para orang tua.

b. Guru, mengawasi perilaku siswa terutama pada tempat yang sering digunakan untuk membully seperti gang-gang sempit, jalan yang lewati siswa, kelas saat istirahat, kantin, trowongan, dan bus. Jangan pernah mempunyai pemikiran " guru kan cuma mengajar, itu mah bagian orang tua", itu sangat keliru. Guru ditakdirkan untuk mendidik dan terdidik. 

            Contoh lain kejadian yang sering terjadi pada anak- anak, "Hei,Astrid! Kenapa sepedamu jelek banget sih? Kamu nggak punya uang ya buat beli sepeda baru?", "kan sepedanya masih bagus, masih bisa di buat jalan- jalan." "Hahaha, pasti alesan kamu itu- itu mulu, padahalkan ayah kamu kan ga punyai duit". Lihat nih, semua orang menertawakan kan mu".

            Dampak dari bullying mengakibatkan jiwa maupun nyawa para korban jadi sasaran utama. seperti yang terjadi sekarang ini, di jawa barat siswi SMK meninggal dunia usai jadi korban bullying selama 3 tahun, sempat mengalami gangguan jiwa dan akhirnya meninggal dunia.

            Tidak hanya itu, pada tahun 2023 dunia dihebohkan dengan berita Kosta Kecmavonic Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun menggunakan pistol ayahnya untuk menembak dan membunuh delapan temannya dan seorang penjaga keamanan. Diduga perbuatannya dilatarbelakangi rasa sakit hati dan dendam karena kerap menjadi korban perundungan dan  perlakuan tidak menyenangkan.

            Dari kejadian di atas apakah kita tega melihat dampak yang di ciptakan dari sifat bullying?. Seharusnya kita merasakan apa yang di rasakan korban bullying tersebut. Betapa sakit, sedih, depresi, malu, ketidakberdayaan, tersisih, dan harga diri yang rendah. Yang dirasakan korban pasti selalu mempunyai rasa ingin pergi dan lenyap dari dunia ini, dan dia merasa tidak berguna dalam hal apapun. Karena semua kepedihan yang di alami korban hanya di pendam sendiri.

             Jangan sampai ada korban lagi dari bullying sampai- sampai merenggut nyawa dan jiwa mereka. Bullying itu kejahatan bukan kebiasaan. Mari kita boykot sama- sama terhadap sifat bullying, bullying bukan budaya kita. Budaya kita adalah saling melindungi satu sama lain, saling memberi kasih sayang, memberi, dan tolong menolong. Sekali lagi siapapun anda, kamu, kalian, mari kita boykot, kita sapu bersih sikap bullying. Jadi, kapan kita akan memulainya?

             

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun