Mohon tunggu...
ilham redho mahendra
ilham redho mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berfikir dan bekerja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filosofi Politik Melayu dalam Perkembangan Kota Palembang

27 Mei 2024   15:09 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:31 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Palembang, kota tertua di Indonesia dengan sejarah yang membentang lebih dari 1.300 tahun, merupakan pusat kebudayaan dan perdagangan yang signifikan sejak masa Kerajaan Sriwijaya. Namun, di balik keindahan dan kemegahan sejarahnya, terdapat filosofi politik Melayu yang menjadi landasan penting dalam perkembangan kota ini. Filosofi politik Melayu yang berakar pada nilai-nilai gotong royong, kebijaksanaan lokal, dan keharmonisan sosial telah memainkan peran penting dalam membentuk struktur sosial dan perkembangan ekonomi Palembang hingga era modern.

Filosofi politik Melayu menekankan pentingnya kebijaksanaan lokal dalam tata kelola pemerintahan. Prinsip ini tercermin dalam struktur pemerintahan tradisional Palembang yang mengedepankan musyawarah dan mufakat. Dalam sejarahnya, Sultan Palembang sering melibatkan para tetua adat dan masyarakat dalam pengambilan keputusan penting. Hal ini tidak hanya menciptakan stabilitas politik, tetapi juga memupuk rasa kepemilikan dan tanggung jawab kolektif di antara warga.

Bahkan dalam era modern, kebijaksanaan lokal ini masih relevan. Mantan Wali Kota Palembang, Harnojoyo, dalam beberapa tahun terakhir telah menginisiasi program "Subuh Berjamaah" dan "Gotong Royong Minggu Pagi" yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota. Program ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan kota, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara warganya, sesuai dengan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang diwarisi dari filosofi politik Melayu .

Seiring dengan perkembangan zaman, Palembang terus bertransformasi menjadi kota modern yang tetap menghormati warisan budayanya. Pemerintah Kota Palembang telah berupaya mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan pembangunan berkelanjutan. Misalnya, pembangunan Jembatan Musi IV dan Musi VI yang tidak hanya memfasilitasi mobilitas warga, tetapi juga dirancang dengan mempertimbangkan estetika dan budaya lokal .

Selain itu, Palembang juga menjadi tuan rumah berbagai acara internasional seperti Asian Games 2018, yang mendorong modernisasi infrastruktur kota. Perhelatan ini memacu pembangunan fasilitas olahraga, hotel, dan peningkatan layanan transportasi, yang semuanya dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal sambil tetap mempertahankan identitas budaya Melayu yang kental .

Palembang dikenal dengan keragaman etnis dan budayanya. Filosofi politik Melayu yang menekankan harmonisasi sosial memainkan peran penting dalam menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang multikultural. Toleransi dan saling menghargai antar suku dan agama menjadi fondasi yang kokoh dalam kehidupan sehari-hari warga Palembang.

Dalam upaya menjaga harmonisasi ini, pemerintah kota sering mengadakan festival budaya dan dialog antaragama. Festival Sriwijaya, misalnya, menjadi ajang untuk merayakan keberagaman budaya sekaligus memperkuat identitas lokal di tengah arus globalisasi . Kegiatan seperti ini tidak hanya mempererat ikatan sosial, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang mendukung perekonomian kota.

Namun demikian, Palembang juga menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan keseimbangan antara tradisi dan modernisasi. Urbanisasi yang pesat dan pertumbuhan ekonomi yang cepat seringkali membawa dampak negatif seperti kemacetan lalu lintas, polusi, dan kesenjangan sosial. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus mengedepankan nilai-nilai filosofi politik Melayu dalam menghadapi tantangan ini.

Prospek masa depan Palembang terletak pada kemampuan kota ini untuk beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Dengan mengedepankan kebijaksanaan lokal, gotong royong, dan harmonisasi sosial, Palembang dapat terus berkembang sebagai kota modern yang tetap menghormati warisan budayanya.

Filosofi politik Melayu telah dan akan terus menjadi landasan penting dalam perkembangan kota Palembang. Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi ini tidak hanya relevan dalam konteks pemerintahan dan pembangunan, tetapi juga dalam menjaga harmonisasi sosial di tengah masyarakat yang multikultural. Dengan mengintegrasikan kebijaksanaan lokal dan modernisasi, Palembang memiliki peluang besar untuk terus berkembang sebagai kota yang dinamis dan berbudaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun