Mohon tunggu...
ilhamismailkarim
ilhamismailkarim Mohon Tunggu... Guru - Guru dan tata Usaha

Seorang anak manusia yang sederhana, hobi membaca dan senantiasa ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Insya Allah: antara menepati atau sekedar alasan

20 Desember 2024   13:29 Diperbarui: 20 Desember 2024   13:29 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tulisan ini saya buat untuk menyoroti sebuah fenomena yang sering saya jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan fenomena yang mungkin pernah terjadi pada diri kita atau bisa juga terjadi pada orang lain, yang kebetulan berinteraksi dengan kita. 

Ketika ada sebuah pertemuan, kegiatan atau bisa jadi acara yang diselenggarakan oleh kita maupun orang lain, tentunya butuh kehadiran orang lain, atau sekedar menghadiri sebuah undangan. Tetapi sebagai manusia, kadang aktivitasnya tidak hanya tunggal, beragam, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai yang kompleks.

Pada saat diundang di suatu acara, kita seringkali selalu berjanji, "saya akan datang ke acaramu", atau "saya pasti datang kok". Tetapi kadang karena banyak aktivitas yang lain akhirnya kita menunda untuk sekadar hadir. Padahal dalam konteks agama Islam menghadiri undangan itu wajib, kecuali untuk sesuatu yang memang dikecualikan oleh Islam itu sendiri, (Baca: Hukum Menghadiri undang dalam Islam).

Tapi ada fenomena yang lebih menarik dari ini, bukan saja tidak menghadiri undangan bahkan dengan Alasan tertentu dilakukan untuk meyakinkan orang lain akan kehadirannya, tetapi justru ia akan mengatakan dengan alasan "Insya Allah saya akan datang ke acaramu". Sepintas kalimat sangat menenangkan pihak pengundang, tapi lebih jauh dari itu, ini hanya sekedar alibi dan alasan, dan akhirnya Mereka tidak datang ke tempat acara.

Fenomena ini, sangat menarik menurut saya, kenapa? Karena kata "insya Allah" yang notabene sebagai kalimat suci yang sering diucapkan oleh seorang muslim, hanya jadikan sebagai kalimat untuk mengelabui, atau kalimat bias agar seseorang bisa selamat dari ajakan maupun undangan orang--dengan kata lain tidak mau menepati janjinya.

Jika ditilik asal muasal kata "Insya Allah", berasal dari bahasa arab, yang maknanya semoga Allah menghendaki. Ini merupakan sebuah ungkapan kerendahan diri seorang insan di depan penciptanya (khalik), karena memang sejatinya yang bisa menghendaki segala sesuatu hanya rabb Alloh SWT.

Namun yang menjadi persoalan adalah, kalimat ini justru malah menjadi tameng untuk menghindar dari beban kita sebagai manusia. Ketika lagi malas kemudian ada yang mengundang atau mengajak kita melakukan suatu hal yang positif, kita cenderung akan mengatakan "insya Allah", tapi ujungnya tidak menepati, atau memang tidak mau melakukan kebaikan itu.

Sehingga hal ini memberikan kesan "insya Allah", pasti tidak akan datang. Dan secara tidak langsung menghilangkan esensi dari kalimat yang agung dan mulia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun