guru maupun mahasiswa jurusan PGPAUD/PIAUD dihadapkan pada pertanyaan seperti:
Sering kali,- "Kenapa mau cape-cape kuliah, lulusan SMP saja bisa ngajar PAUD."
- "Ngajar PAUD kan gampang, cuma tepuk-tepuk tangan aja."
- "Kok mau jadi guru PAUD? Gajinya kecil."
- "Laki-laki kok jadi guru PAUD."
Pandangan semacam ini mencerminkan stigma yang masih melekat di masyarakat, di mana profesi guru PAUD dianggap mudah karena hanya berurusan dengan anak-anak. Namun, untuk menciptakan anak-anak berkualitas, seorang guru harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang mendalam. Tidak semua orang mampu mendidik anak usia dini, karena selain ilmu, kesabaran dan ketelatenan juga sangat penting dalam menghadapi anak-anak.
Stigma lainnya adalah bahwa guru PAUD seharusnya perempuan, sehingga kehadiran guru laki-laki sering dianggap tidak lazim. Padahal, jika seorang guru laki-laki memiliki kualifikasi yang tepat, tidak ada yang salah dengan kehadirannya. Justru, keberadaan guru PAUD laki-laki bisa menjadi figur yang melengkapi keseimbangan peran ayah dan ibu di sekolah.
Sebelum memutuskan untuk memilih jurusan PIAUD, saya sempat mengalami dilema. Saya memikirkan stigma yang beredar di masyarakat. Namun, saya merasa cocok dengan jurusan ini karena saya senang berinteraksi dengan anak-anak, dan mereka juga nyaman berada di dekat saya. Selain itu, keputusan saya juga terinspirasi oleh salah satu anggota keluarga saya yang merupakan guru PAUD laki-laki dan menjadi motivasi besar bagi saya. Dengan alasan tersebut, saya mantap memilih jurusan PIAUD.
Di balik keputusan tersebut, saya menyadari bahwa masa usia dini adalah masa-masa penting dalam perkembangan anak, di mana mereka masih polos, penuh rasa ingin tahu, dan memiliki potensi yang luar biasa. Saya merasa senang bisa menjadi bagian dari proses mereka belajar dan tumbuh, memberikan bimbingan yang tepat di fase awal kehidupan mereka. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa saya menyukai anak usia dini dan yakin bahwa profesi ini sangat berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H