Mohon tunggu...
Ilham Hadinugraha
Ilham Hadinugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Pemula

Writter, Reader and More.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Indonesia

20 Februari 2020   16:55 Diperbarui: 3 Maret 2020   15:19 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya sulit mengalihkan diri untuk tidak mengisi waktu luang dengan membaca beberapa buku bacaan. Dan saya memutuskan untuk membeli beberapa buku bacaan, lebih ke novel, untuk mengisi waktu luang yang ada. Saya tidak terlalu memperhatikan yang seperti apa atau tentang apa yang akan saya baca. Biasanya saya memilih secara random. 

Mencari referensi yang baik, bukan berarti harus bertemakan ini-itu, hanya membaca rekomendasi yang tertuang di beberapa artikel yang kebetulan muncul. Saya sendiri sulit untuk menentukan bacaan seperti apa yang harus saya baca. Tidak terasa beberapa buku telah rampung. Dari yang terakhir, Norwegian Wood karya Haruki Murakami, Sri Menanti karya Joko Pinurbo, The God of Small Things karya Arundhati Roy dan Namaku Merah karya Orhan Pamuk.

Dari empat novel yang saya selesaikan, saya baru menyadari bahwa saya telah menyelesaikan tiga buku terjemahan karya novelis luar. Haruki Murakami, Arundhati Roy dan Orhan Pamuk. Penulis-penulis hebat yang tidak diragukan lagi karya-karyanya-terlepas dari kontroversi yang lahir dari karyanya. Novel-novel tersebut saya rasa memang layak mendapat penghargaan. 

Novel-novel tersebut-dengan kompleksitas tema yang diangkatnya-sukses menyadarkan kita akan banyak hal. Terutama Arundhati Roy yang dengan gamblang mengkritik sistem kasta dan politik pada zamannya yang dicantumkannya dengan kalimat satire yang indah dan halus, saya pikir disanalah novelis-novelis luar memiliki nilai lebih dan kuat daripada para novelis-novelis tanah air, tanpa bermaksud untuk mendiskreditkan hasil karya-karya penulis tanah air, namun itu yang saya rasakan.

Dengan juga membaca Namaku Merah karya Orhan Pamuk, sebelumnya saya telah menyelesaikan Salju dan The Red-Haired Women, seperti novel-novelnya yang banyak mengangkat tema tentang pergesekan budaya timur-barat yang terjadi di daerah asalnya, Turki, saya jadi sempat berfikir tentang bagaimana kita juga di negeri sendiri sedang menuju ke arah tersebut. 

Saya juga merasa tersangkut di dalamnya, dalam artian tanpa saya sadari saya lebih memilih buku-buku novelis luar daripada membaca karya-karya novelis tanah air. 

Mungkin juga karena kita terikat dengan budaya timur, yang menyanjung akan adat dan tata krama yang tinggi, yang membuat kita belum bisa meyakinkan pembaca dari kalangan luar yang memiliki budaya yang lebih vulgar untuk lebih tertarik membaca karya-karya novelis tanah air. Itu saya rasakan setelah membaca karya Arundhati Roy The God of Small Things dan karya Haruki Norwegian Wood. 

Mungkin benar bahwa penulis-penulis luar dengan sangat teliti menyusun setiap paragraf sehingga menjadikan tema yang diusungnya menjadi sangat kuat dan jelas, tetapi ada kehampaan yang saya rasakan di sana. Entah karena saya merasa karena tidak ada budaya timur kita di dalamnya atau karena apa, saya jadi merindukan karya-karya dari novelis tanah air. 

Perasaan itu juga banyak mempengaruhi saya yang secara tidak langsung ingin memperkaya bacaan dari karya novelis tanah air. itu juga yang membuat saya, tanpa saya sadari, juga menyelipkan Srimenanti karya Joko Pinurbo dalam list bacaan saya. dan saya merasa begitu lega telah membacanya. Begitu ringan dan tidak menjemukan karena kalimat-kalimat yang ditulis tersusun dengan sangat puitis.

Saya tetap percaya karya sastra di tanah air bisa terus bersaing dengan karya novelis luar dengan tanpa menghilangkan budaya dan tata krama yang kita miliki. Andrea Hirata dan Faisal Oddang telah membuktikan tulisan mereka layak bersaing dan tentu masih banyak lagi novelis-novelis terbaik yang tidak bisa penulis sebut satu per satu. 

Saya telah memulai membaca Orang-orang Biasa, dan berencana membaca Gadis Kretek. Pembaca mungkin bisa memberikan saran judul apa yang kiranya bisa saya masukkan dalam wishlist bacaan saya nanti. Saya hanya merindukan membaca karya sastra yang bersifat fiksi ataupun non-fiksi dari para novelis tanah air yang bisa menyegarkan dahaga saya akan buku bacaan. Tidak lebih. 

Salam literasi, Penulis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun